Founder Ungkap Alasan Badai PHK Startup & Fenomena Bakar Duit
Jakarta, CNBC Indonesia - Belakangan badai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karyawan kembali gencar melanda industri startup, baik secara global maupun di Indonesia.
Menanggapi fenomena ini Co-founder dan CEO eFishery Gibran Huzaifah ikut buka suara. Melalui cuitan di Twitter, Gibran berpendapat bahwa terjadinya PHK massal karena beberapa faktor.
"Layoffs ini kan hasil dari bisnis yang enggak sustainable, soalnya jorjoran bakar duit. Yes, memang founder sama VC [venture capital] yang drive ini dengan agresif. Yes, di banyak case, model bisnisnya kacau," tulis Gibran dalam Twitternya, dikutip Kamis (22/9/2022).
Namun menurutnya, di sisi lain, cara bakar duit ini yang justru diapresiasi oleh konsumen, pegawai, dan publik.
Dari sisi konsumen, kata dia, semua pengguna pasti suka promo.
"Tapi market kita ini memang gampang banget tertarik promo. Coba ingat-ingat di masa banyak bakar-bakaran duit itu, seberapa sering kita milih produk berdasarkan kualitas vs ada promo apa enggak?," ungkapnya.
Karena itu, menurut dia promosi gencar bisa membuat startup tumbuh secara instan di pasar yang konsumennya gampang tertarik. Akhirnya, cara ini yang digunakan para startup.
Saat sebuah perusahaan mulai tumbuh berbekal promosi, pemain lain juga menggunakan strategi yang sama bahkan memberikan promo lebih besar. Lama kelamaan ongkos untuk akuisisi dan mempertahankan konsumen di pasar yang sama makin membubung.
Jika pendiri atau founder yang sudah fokus ke profit mengurangi promo atau biaya pemasaran, mereka kalah bersaing dengan kompetitor yang lebih jorjoran berbekal modal besar dari investor.
Karena butuh modal besar, startup pun harus terus-terusan mengadakan ronde pendanaan baru. Investor pun menyambut permintaan tersebut dengan memberikan dana lebih besar karena startup bisa menunjukkan traksi pertumbuhan yang kuat. Lagi-lagi, karena promosi.
"Mau enggak mau harus bakar duit, jadi harus fundraising," pungkasnya.
Bukan hanya untuk konsumen
Tidak hanya demi konsumen. Startup juga membakar uang demi menggaet talenta yang mumpuni. Artinya, perusahaan yang dapat pendanaan tapi tidak memikirkan profit dan tidak punya kendali keuangan yang kuat, justru lebih gampang mendapat sumber daya manusia yang terbaik.
"Jadi, buat dapat talent, mau enggak mau harus mencari funding, bakar duit," tuturnya.
Media juga disebut berpengaruh pada anggapan soal seberapa pentingnya mendapat pendanaan. Menurut dia, pemberitaan soal startup paling banyak membahas soal pendanaan atau status suatu startup sebagai unicorn.
Perusahaan yang sering mengumumkan pendanaan menjadi lebih banyak disorot media. Investor pun jadi lebih terbuka mendanai mereka.
"Coba saja tanya ke founders yang bootstrap, yang bisnisnya profitable, seberapa sering diliput media," pungkasnya.
(dem)