
Traveloka Tutup Layanan e-Grocery Padahal Baru Buka 6 Bulan

Jakarta, CNBC Indonesia - Traveloka berencana menutup layanan e-grocery Traveloka Mart. Padahal layanan ini baru meluncur Maret 2022, artinya baru 6 bulan sejak beroperasi.
Traveloka juga telah buka suara terkait hal ini. Menurut perusahaan penghentian layanan Mart merupakan bagian dari strategi bisnis.
"Dapat kami informasikan bahwa kami akan memberhentikan layanan Traveloka Mart sebagai bagian dari strategi bisnis dan prioritas perusahaan," kata pihak Traveloka dalam keterangan resminya, Kamis (25/8/2022).
Pihak perusahaan menambahkan proses transisi akan dilakukan sesuai aturan yang ada. Selain itu juga menambahkan akan berkoordinasi dengan mitra layanan.
"Selama proses pemberhentian layanan, para karyawan, mitra, dan pengguna tetap menjadi fokus utama kami untuk memastikan transisi berjalan dengan baik sesuai aturan yang berlaku," jelas Traveloka.
"Kami akan terus berkoordinasi dengan para mitra dan menyediakan dukungan dalam proses pemberhentian layanan Traveloka Mart ini".
Penutupan ini hanya berselang satu bulan sejak Traveloka mendapatkan investor baru dari Thailand. Pada 26 juli 2022, Traveloka menandatangan kesepakatan dengan PTT Oil and Retail Business Public Company (OR). OR yang merupakan ritel BUMN Migas itu berinvestasi lewat PTTOR International Holdings (Singapore) Pte. Ltd.
Saat itu, President dan Chief Executive Officer OR, Jiraphon Kawswat mengatakan sektor perjalanan jadi fokus perusahaannya karena menjadi salah satu kontributor ekonomi utama Thailand, seperti dikutip Kaohoo International.
Traveloka Mart merupakan salah satu dari sekian banyak pemain e-grocery dan quick commerce di Indonesia. Bisnis ini dihuni oleh sejumlah pemain besar seperti Allo Fresh dan startup seperti Astro dan Bananas. Selain itu, ada juga pemain lama seperti SayurBox dan TaniHub.
Penutupan Traveloka Mart mengikuti tren nasib buruk pemain q-commerce. Beberapa layanan di luar negeri memutuskan melakukan PHK pada karyawannya.
Ini terjadi pada Getir dan Gorillas, dan juga Zapp yang merencanakan melakukan pengurangan tim di Inggris. Getir, perusahaan asal Turki dilaporkan mengurangi 14% dari jumlah karyawan globalnya.
Sedangkan Gorillas memangkas 300 karyawannya. Perusahaan asal Berlin itu juga mengevaluasi opsi keluar dari pasar Italia, Spanyol, Denmark, dan Belgia, juga mengalihkan fokus pasar ke wilayah yang lebih menguntungkan seperti AS, Inggris, dan Jerman.
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Traveloka Selangkah Lagi Dapat Modal Segar Rp 2,8 Triliun