Mirip DBD-Chikungunya, Ini Gejala Flu Tomat dan Perawatannya

Intan Rakhmayanti Dewi, CNBC Indonesia
Kamis, 25/08/2022 11:35 WIB
Foto: Ilustrasi Sakit Flu (Pexels)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pakar kesehatan sedang memantau wabah infeksi virus yang terdeteksi pada anak-anak di negara bagian Kerala, India selatan awal tahun ini, yang kini telah menyebar ke dua wilayah lain.

Lebih dari 82 anak berusia di bawah lima tahun telah didiagnosis dengan virus pada 26 Juli, menurut jurnal Lancet Respiratory Medicine.

Para peneliti mengatakan penyakit yang dijuluki 'flu tomat' tidak mengancam jiwa tetapi penyakit ini sangat menular. Flu Tomat ini tampaknya merupakan varian dari penyakit mulut kaki tangan, tetapi ini belum dikonfirmasi.


Para ilmuwan masih berusaha mengidentifikasi dengan tepat apa virus itu. Inilah yang mereka katakan sejauh ini, dilansir dari ABC, Kamis (25/8/2022)

Apa yang diketahui tetang 'flu tomat'

Gejalanya mirip dengan demam berdarah dan virus chikungunya, yang umum di daerah itu. Namun, tampaknya flu tomat bukan kedua penyakit tersebut.

"Penyakit ini juga memiliki gejala dengan penyakit tangan, kaki dan mulut," kata Profesor Vasso Apostolopoulos dari Universitas Victoria.

Penyakit tangan, kaki, dan mulut adalah penyakit menular umum yang menyerang sebagian besar anak-anak berusia antara satu dan lima tahun dan orang dewasa dengan gangguan kekebalan.

Profesor Apostolopoulos mengatakan sepertinya virus itu ringan dan hilang dengan sendirinya. Kebanyakan orang yang mengalami infeksi ini masih berusia muda, ia pun tak bisa memastikan apa dampak yang terjadi pada orang dengan gangguan kekebalan atau apakah itu menyebar ke orang tua jika terjangkit flu tomat.

Dia mengatakan anak-anak berada pada peningkatan risiko terkena flu tomat karena infeksi virus umum terjadi pada kelompok usia ini.

Kenapa diberi nama flu tomat

Disebut virus tomat karena meletusnya lepuh merah dan nyeri di sekujur tubuh. Ada juga kasus yang bisa tumbuh sebesar tomat dan berwarna merah seperti buahnya.

"Ini tidak ada hubungannya dengan tomat atau makan tomat," kata Profesor Apostolopoulos.

Mengingat kesamaannya dengan penyakit tangan, kaki, dan mulut, Lancet mengatakan jika flu tomat pada anak-anak tidak dikendalikan dan dicegah, penularan dapat menyebabkan konsekuensi serius dengan menyebar pada orang dewasa juga.

Identifikasi pertama flu tomat

Pada bulan Mei 2022 virus ini pertama kali diidentifikasi di distrik Kollam Kerala, India. Lebih dari 82 anak di bawah lima tahun dengan infeksi telah dilaporkan oleh rumah sakit pemerintah setempat.

"Kami masih berusaha mengidentifikasi dengan tepat apa virus ini," kata Profesor Apostolopoulos.

Ada studi kasus seorang anak berusia 13 bulan dan saudara laki-lakinya yang berusia lima tahun yang kembali ke Inggris dari India, yang memiliki gejala-gejala ini dan dinyatakan positif mengidap enterovirus, yang merupakan salah satu penyebab penyakit tangan kaki dan mulut.

"[Ini] berbagi beberapa urutan [genom] dengan jenis virus yang disebut coxsackie A16 tetapi tidak sepenuhnya sama, meskipun tampaknya itu mungkin dari kelas virus ini," kata Profesor Apostolopoulos.

Dalam kasus ini, dia mengatakan kemungkinan flu tomat bisa menjadi varian penyakit kaki dan mulut, tetapi ini "perlu dikonfirmasi dengan lebih banyak kasus dan analisis genom".

Gejala flu tomat

Gejala utama yang diamati pada anak-anak termasuk demam tinggi, ruam, dan nyeri sendi.

Lepuh flu tomat menyerupai yang terlihat dengan virus monkeypox pada individu muda dan ruam juga muncul pada kulit yang menyebabkan iritasi kulit.

Nyeri sendi yang intens adalah asosiasi gejala lain dengan virus. Mirip dengan infeksi virus lainnya, gejala lain termasuk kelelahan, mual, muntah, diare, dehidrasi dan sakit tubuh.

Perawatan penderita flu tomat

Tidak ada obat antivirus atau vaksin yang tersedia untuk pengobatan atau pencegahan flu tomat.

Rekomendasinya adalah isolasi  selama lima hingga tujuh hari sejak timbulnya gejala untuk mencegah penyebaran infeksi ke anak-anak atau orang dewasa lain, menurut jurnal Lancet.

Ini menyatakan cara pencegahan terbaik adalah menjaga kebersihan dan sanitasi yang layak, serta mencegah anak-anak yang terinfeksi berbagi mainan, pakaian, makanan, atau barang-barang lainnya dengan orang lain yang tidak terinfeksi.


(dem)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Adopsi Teknologi Tinggi, Infrastruktur Digital Makin Diperkuat