Covid di RI Lebih Rendah Vs Negara Lain, Warga 'Super Kebal'?

Intan Rakhmayanti Dewi, CNBC Indonesia
23 August 2022 16:05
Keterangan Pers Ratas Evaluasi PPKM, Kantor Presiden, 23 Agustus 2022
Foto: Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (tengah) (Tangkapan Layar Youtube Sekretariat Presiden)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan alasan di balik rendahnya kenaikan kasus Covid-19 di tanah air yang dipicu oleh subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 beberapa waktu belakangan.

Budi Gunadi mengatakan kalau hasil Sero Survei beberapa waktu lalu menunjukkan tingkat antibodi masyarakat naik dari 88% (Desember 2021) menjadi 98,5% (Juli 2022). Sedangkan level antibodi meningkat dari 400 unit per mililiter (Desember 2021) menjadi 2.000 unit per mililiter (Juli 2022).



"Akibatnya terbukti populasi masyarakat Indonesia sudah sangat terlindungi dari level antibodi," ujar Budi Gunadi dalam keterangan pers setelah mengikuti rapat terbatas evaluasi PPKM yang dipimpin Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Kantor Presiden, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (23/8/2022),

Itu sebabnya saat lonjakan kasus Covid-19 di Jepang hingga Eropa terjadi akibat subvarian Omicron BA.4 dan BA.5, fenomena serupa tidak terjadi di Indonesia.

Semua itu, lanjut Budi Gunadi, disebabkan oleh dua hal. Pertama, vaksinasi Covid-19. Menurut dia, pemerintah gencar melakukan vaksinasi di bulan November 2021, Desember 2021, dan Januari 2022.

Kedua, disebabkan oleh infeksi lantaran gelombang kasus Covid-19 varian Omicron terjadi di Indonesia pada Februari hingga Maret 2022. Ketika itu, lonjakan kasus mencapai 60 ribu per hari atau lebih tinggi dibandingkan saat varian Delta.

"Nah kombinasi antara vaksinasi di bulan November, Desember, Januari dan infeksi di bulan Februari dan Maret itu membuat di bulan Juni, Juli, Agustus, kadar antibodi masyarakat itu tinggi sekali," kata Budi Gunadi.

"Sehingga boleh dibilang pada saat gelombang BA.4 dan BA.5 masuk kita tidak terganggu sama sekali kasusnya," lanjutnya.

Dalam kesempatan yang sama sebelumnya, Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Airlangga Hartarto mengatakan, jumlah kasus Covid-19 di berbagai negara masih tinggi.

"Seperti Jepang masih 218 ribu, Amerika Serikat, Australia, dan India pun angkanya relatif tinggi," ujar Airlangga.

"Sedangkan di Indonesia dengan kasus sekitar 7 day moving average-nya sekitar 4.683 dan relatif lebih rendah dari berbagai negara lain," lanjutnya.

Menko perekonomian itu menambahkan, positivity rate mingguan di tanah air sebesar 9%. Kemudian kasus aktif sekitar 48 ribu dan kasus rata-rata turun 1,94%.

"Kalau kita lihat arti secara nasional ini penurunan juga di angka 1,12. Demikian pula di berbagai wialyah, Sumatra turun, Jawa turun, Bali turun, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua juga turun," kata Airlangga.

Kemudian terkait kasus Covid-19 di Jawa & Bali sekitar 3.000, sedangkan di luar Jawa & Bali sekitar 300. Sehingga Jawa & Bali sekitar 89% dan luar Jawa % Bali 10%.


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Menuju Endemi, Menkes Sosialisasi Tes Covid-19 di Rumah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular