Peneliti: Makhluk Hidup di Bumi Punah 100 Kali Lebih Cepat
Jakarta, CNBC Indonesia - Para peneliti mengungkapkan Bumi tengah masuk kepunahan massal. Spesies disebut menghilang 100 kali lebih cepat dari biasanya.
Tim ilmuwan Amerika Serikat tahun 2015 lalu mengklaim penelitian mereka menunjukkan "tanpa keraguan signifikan" kita memasuki kepunahan massal keenam di Bumi.
Partner Senior di Stanford Woods Institute for the Environment, Paul Ehrlich, mengatakan tingkat hilang saat ini, manusia akan kehilangan banyak manfaat keanekaragaman hayati dalam tiga generasi.
Studi ini juga memperingatkan manusia memicu "ancaman global dari hilangnya keanekaragaman hayati" dan jendela waktu untuk mencegah melestarikan spesies terancam punah makin singkat.
"Studi ini menunjukkan tanpa keraguan yang signifikan kita sekarang memasuki peristiwa kepunahan massal besar keenam," kata dia dikutip Daily Mail, Selasa (16/8/2022).
Studi yang diterbitkan dalam jurnal Science Advances mencatat dengan perkiraan konservatif spesies saat ini bisa menghilang 100 kali lebih cepat dari tingkat normal. Catatan International Union for Conservation of Nature, kepunahan menghantui 41% dari seluruh spesies amfibi dan 26% dari mamalia.
"Ada contoh spesies di seluruh dunia yang pada dasarnya adalah zombie," jelas Ehrlich.
Penulis utama dari Universidad Autonoma de Mexico, Gerard Ceballos mengatakan jika ini terus berlanjut maka kehidupan butuh banyak waktu untuk bisa pulih kembali. Selain itu ada risiko spesies akan menghilang cepat.
"Jika dibiarkan berlanjut, kehidupan akan membutuhkan jutaan tahun untuk pulih dan spesies kita sendiri kemungkinan akan menghilang sejak dini," jelasnya.
Para peneliti khawatir 75% spesies di Bumi saat ini dapat menghilang hanya dalam dua generasi saja. Mereka juga mencatat manusia bertumbuh dalam jumlah, konsumsi per kapita, dan ketidakadilan ekonomi yang mengubah atau menghancurkan habitat alami.
"Kami menekankan perhitungan kami kemungkinan besar meremehkan keparahan krisis kepunahan, karena tujuan kami adalah menempatkan batas bawah yang realistis pada dampak kemanusiaan pada keanekaragaman hayati," tulis para peneliti.