Kiamat ATM Diprediksi Makin Dekat, Gimana Ambil Duitnya?

Intan Rakhmayanti Dewi, CNBC Indonesia
04 August 2022 07:35
People stand in line to withdraw money from an ATM in Sberbank in St. Petersburg, Russia, Friday, Feb. 25, 2022. Russians flocked to banks and ATMs on Thursday and Friday shortly after Russia launched an attack on Ukraine and the West announced crippling sanctions. According to Russia's Central Bank, on Thursday alone Russians have withdrawn 111 billion rubles (about $1.3 billion) in cash. (AP Photo/Dmitri Lovetsky)
Foto: Orang-orang mengantre untuk menarik uang dari ATM di Sberbank di St. Petersburg, Rusia, Jumat (25/2/2022). (AP Photo/Dmitri Lovetsky)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perbankan menjadi salah satu industri yang paling terasa dampak digitalisasinya.

Sebab kini, banyak aktivitas perbankan yang dulunya dilakukan tatap muka atau offline, jadi bisa dilakukan secara online. Sehingga membuat transaksi di ATM makin jarang digunakan. Hal tersebut membuat "kiamat" ATM makin nyata.

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo mengatakan transaksi ekonomi dan keuangan digital berkembang dengan sangat pesat. Ini terjadi saat penerimaan dan preferensi masyarakat Indonesia juga mengalami peningkatan.

"[Terutama] dalam berbelanja daring, perluasan dan kemudahan sistem pembayaran digital serta akselerasi digital banking," kata Perry dalam konferensi pers, beberapa waktu lalu.

Data Bank Indonesia menunjukkan, transaksi uang elektronik pada Kuartal II-2022 tumbuh 39,85% secara tahunan (year on year/yoy). Kemudian nilai transaksi digital banking pada kuartal II 2022 meningkat 38,45% (yoy).

Di sisi lain, Uang Kartal Yang Diedarkan (UYD) pada kuartal II 2022, hanya meningkat 9,36%

Namun ini tak berarti penggunaan ATM dan kartu debit serta kredit tak mengalami pertumbuhan. Aktivitas transaksi tersebut masih mengalami peningkatan, tetapi tidak sebesar transaksi digital.

Dilaporkan jika transaksi ATM, kartu debit dan kredit bertumbuh 14,39% atau menjadi Rp 711,2 triliun. Transaksi penggunaan QRIS juga tumbuh, mencapai nominal 290% per tahun dan 326% secara volume.

Ketua Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) Kartika Wirjoatmodjo mengatakan ancaman terbesar ATM adalah transaksi pembayaran digital mengalami peningkatan. Ini sudah terjadi selama enam tahun terakhir di Indonesia.

"Tantangan bank sekarang adalah bagaimana memensiunkan model lama contohnya ATM. Bagaimana dengan masa depan ATM, apakah masih relevan? Akankah dihapus ketika tidak ada lagi transaksi transaksi tunai area publik?" ujar Kartika dalam Kartika dalam 'side event' G20 Indonesia "Casual Talks on Digital Payment Innovation".

Penggunaan pembayaran digital juga harus memperhatikan bisnis acquiring perbankan karena hampir seluruh bank memiliki bisnis dengan menggunakan POS (Point of Sales) serta EDC (Electronic Data Capture).

Menurutnya yang paling diuntungkan adalah konsumen. Sebab transaksi terus mengalami perubahan dan mereka bisa memilih.

Sebagai informasi lima tahun lalu ada tiga jenis pembayaran yakni transfer, kartu debit atau kredit. Namun saat ini dengan dompet digital, aplikasi digital dan lainnya.

"Jadi bagi pengguna bisa memilih mana yang paling murah dan paling mudah digunakan dalam bertransaksi. Segmen yang berbeda memiliki preferensi berbeda." pungkasnya.

Ketua Dewan Komisioner LPS, Purbaya Yudhi Sadewatak tidak menampik bahwa digitalisasi merupakan suatu hal yang tidak dapat dipungkiri. Apalagi jika melihat koneksi mobile yang tumbuh sebanyak 3,6 persen dari 2021 ke 2022, dan 96 persen total populasi saat ini sudah memiliki smartphone.

"Hitungannya ya, ini menggambarkan memang masyarakat kita bergerak ke arah digital, itu tidak bisa dihindari lagi." pungkasnya.


(dem)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kiamat ATM Sudah di Depan Mata, BI Ungkap Fakta Terbaru

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular