
Krisis Chipset Berakhir, Muncul Masalah Ini!

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan riset International Data Corporation (IDC) melaporkan kekurangan chipset global tetap membebani pasokan suku cadang penting yang dibutuhkan. Selain juga terkait perang di Ukraina yang terus berlanjut.
"Pasokan semikonduktor tidak akan segera meningkat. Ada banyak bahan mentah, gas, yang dibutuhkan untuk produksi semikonduktor tersebut," ungkap Direktur Riset IDC, Vinay Gupta, dikutip dari CNBC International, Rabu (20/7/2022).
Untuk perang Rusia-Ukraina, Gupta mengatakan kedua negara mengantongi sebagian besar pangsa pasar. Begitu juga menjadi pengekspor kripto terbesar, yakni tak yang digunakan untuk produksi chip.
Selain itu lebih dari setengah neon dunia diproduksi oleh segelintir perusahaan Ukraina, ungkap Peter Hanbury selaku analis semikonduktor di Bain & Co.
Sebagai informasi Neon penting dalam pembuatan chip serta digunakan untuk laser yang dikenal sebagai litografi di mana mesin mengukir pola ke potongan kecil silikon yang dibuat oleh Samsung, Intel, dan TSMC.
Semikonduktor digunakan dalam beberapa produk, dari ponsel, komputer, mobil, hingga peralatan rumah tangga. Gangguan rantai pasokan dan kenaikan biaya juga menyebabkan akan ada kenaikan pada harga jual.
"Harga jual rata-rata perangkat akan naik dan vendor infrastruktur kemudian akan meneruskannya ke pelanggan," ucap Gupta.
Gupta juga menambahkan adanya perlambatan belanja konsumen. Ini disebabkan adanya peningkatan inflasi dan ekspektasi pengetatan moneter yang lebih banyak.
"Pengeluaran TI, terutama belanja TI konsumen, menunjukkan tanda-tanda resesi," kata dia.
Untuk pengeluaran perusahaan seperti layanan software, cloud, dan layanan TI disebut masih akan bertahan. Inflasi mendorong bisnis melindungi anggaran teknologi perusahaan saat ini.
Selain itu kejadian ini juga akan ditambah dengan kenaikan suku bunga di seluruh dunia. Dia mengatakan perlambatan ini 'akan menggigit'.
"Namun harapannya ini akan jadi perlambatan yang dangkal, karena pemerintah dan bank sentral berusaha untuk menyeimbangkan kenaikan inflasi dan suku bunga," ujar Gupta.
(npb/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article PPN Naik Jadi 11%, Begini Nasib Penjualan Ponsel di RI