
Pandemi Usai, Startup Sepeda Statis PHK Pegawai Satu Pabrik

Jakarta, CNBC Indonesia - Selama pandemi, sepeda statis buatan Peloton yang terhubung dengan internet laris manis. Namun kini, permintaan yang turun drastis memaksa perusahaan teknologi tersebut untuk melakukan pemutusan hubungan kerja besar-besaran.
Peloton adalah produsen alat pelatih kebugaran yang dilengkapi dengan teknologi pintar. Produk paling terkenal Peloton adalah sepeda statis yang terhubung dengan internet dan memiliki "pelatih" virtual.
Selama pandemi, permintaan atas perangkat buatan Peloton melonjak karena penduduk Amerika Serikat tidak bisa pergi ke pusat kebugaran untuk berolahraga. Namun, dibukanya kembali pusat kebugaran seiring pelonggaran pembatasan Covid-19 dan biaya produksi yang melesat karena permasalahan rantai pasok membuat kinerja Peloton terpukul.
Dampaknya, persepsi investor terhadap Peloton juga berubah. Kapitalisasi perusahaan yang masuk bursa pada 2019 tersebut terpangkas hingga tinggal seperempat selama tahun ini.
Untuk memangkas biaya, menurut Reuters, perusahaan yang berbasis di New York tersebut akan melakukan pemutusan hubungan kerja besar-besaran. Sekitar 570 orang akan terdampak, semuanya adalah pegawai di Tonic Fitness Technology, perusahaan yang bermarkas di Taiwan yang diakuisisi Peloton pada 2019.
Peloton tidak merespons permintaan komentar dari Reuters.
CEO baru Peloton, Barry McCarthy adalah mantan petinggi Netflix. Fokus McCarthy sepanjang tahun ini adalah memangkas biaya dan menggalang modal untuk mendongkrak kinerja.
Sebagai dampak dari penghentian produksi di Tonic, McCarthy bekerja sama dengan perusahaan lain asal Taiwan yaitu Rexon Industrial. Kini, Rexon adalah produsen utama dari perangkat di seluruh lini produk Peloton.
Pada Mei, McCarthy sempat memberikan pernyataan bahwa modal Peloton tipis. Sementara itu, stok yang tak terjual dan biaya produksi yang memuncak membuat Peloton rugi besar pada kuartal pertama tahun ini. Namun, Peloton berhasil mengamankan utang senilai US$ 750 juta dari JP Morgan dan Goldman Sach, yang memberikan sinyal positif ke investor.
(dem)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bisnis Teknologi Kacau Balau, 153.000 Orang Kena PHK 2022