Makin Banyak Jumlah Startup 'Tutup' di RI, Ini Daftar Terbaru

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
06 July 2022 09:50
start up
Foto: Freepik

Jakarta, CNBC Indonesia - Banyak startup yang ternyata tak mampu bertahan. Beberapa di antaranya akhirnya menutup operasional perusahaan.

Juru bicara Kementerian Kominfo, Dedy Permadi menyatakan salah satu faktor kegagalan startup di Indonesia adalah karena masalah manajerial. Misalnya kurang pengalaman dan visi yang jelas dari pendirinya, serta kurangnya fokus saat menjalankan bisnis.

"Selain itu, menurut laporan dari CB Insights dua alasan utama startup mengalami kegagalan adalah karena kehabisan dana [ran out of cash] dan tidak adanya kebutuhan pasar [no market need]," ujar Dedy kepada CNBC Indonesia.

Daftar startup yang tutup di Indonesia

Berikut daftar startup di Indonesia yang harus gulung tikar:

1. Mobile Premier League

Mobile Premier League juga akhirnya tutup di Indonesia. Keluarnya platform game dan turnamen itu dari tanah air karena adanya perlambatan ekosistem akibat pandemi Covid-19.

MPL dikabarkan memangkas 100 orang pegawai atau 10% dari total pekerjanya secara keseluruhan. Pegawai yang terdampak akan menerima pesangon lengkap dan manfaat lainnya.

Perusahaan asal Bengaluru, India itu juga dilaporkan menghapus produk streaming-nya di aplikasi MPL. "Beberapa bulan terakhir ini gila. Filosofi pertumbuhan dengan segala cara sekarang terbalik. Saat ini pasar menghargai pertumbuhan yang menguntungkan daripada pertumbuhan dengan segala cara," kata pendiri MPL Sai Srinivas dan Shubh Malhotra.

2. Stoqo

Stoqo juga menutup operasionalnya pada 22 April 2020 dengan alasan pandemi. Startup ini memasok bahan makanan segar seperti cabai, telur hingga ampas kopi ke gerai makanan atau restoran.

Menurut laporan pegawai Stoqo mencapai 250 orang. Berbagai investor juga telah mendanai perusahaan termasuk Alpha JWC Ventures, Mitra Accel, Insignia Ventures Partners dan Monk's Hill Ventures.

"Dengan berat hati, kami mengumumkan bahwa STOQO telah berhenti beroperasi," tulis perusahaan dalam website-nya.

3. Qlapa

Qlapa juga akhirnya tumbang dan hanya mampu bertahan empat tahun sejak didirikan tahun 2015 lalu. Startup itu tidak mampu bersaing dengan e-commerce lain seperti Tokopedia dan Bukalapak.

"Hampir 4 tahun yang lalu, kami memulai Qlapa dengan misi memberdayakan perajin lokal. Banyak pasang surut yang kami alami dalam perjalanan yang luar biasa ini. Kami sangat berterima kasih atas semua tanggapan positif dari para penjual, pelanggan, dan media. Dukungan yang kami terima sangat luar biasa dan membesarkan hati," tulis manajemen Qlapa.

4. Sorabel

Perusahaan ini resmi tutup pada 30 Juli 2020, karena Sorabel dikabarkan kehabisan modal serta sulit menggalang dana saat pandemi.

"Oleh karena proses likuidasi yang ditempuh, hubungan kerja harus berakhir di tahap ini untuk semua orang tanpa terkecuali, tepatnya efektif di tanggal 30 Juli 2020. Saya yakin tidak ada satunya pun orang yang berharap hal ini untuk terjadi," tulis para pemimpin pada karyawan Sorabel.

5. Beres.id

Kaodim, startup asal Malaysia, mengumumkan menghentikan seluruh operasi layanan per 1 Juli 2022. Penutupan itu termasuk pada anak usaha di Indonesia yakni Beres.Id, dan juga Kaodim.sg di Singapura serta Gawin.ph di Fillipina.

Pada laman FAQ Kaodim, akun dan data terdaftar di perusahaan dihapus setelah 30 Juni 2022. Pemesanan antarpelanggan dan penyedia layanan tidak lagi dikelola platform setelah 30 Juni, seluruh pembayaran dilakukan langsung ke penyedia layanan lewat uang tunai atau transfer antarbank.

Co-founder dan CEO, Choong Fui Yu, menyatakan lockdown membuat industri layanan rumah tangga berhenti total pada akhirnya juga berdampak pada operasional. Setelah pandemi, kondisi memburuk akbat inflasi dan kenaikan biaya operasional.

Kaodim merupakan startup penyedia jasa yang menghubungkan konsumen dengan penyedia jasa servis AC, kebersihan rumah, hingga pekerja konstruksi.

6. Airy Rooms

Airy Rooms menutup operasionalnya pada 31 Mei 2020 silam. Penyebabnya adalah pandemi Covid-19 yang menghentikan operasional bisnis hotel agregator ini.

CEO Louis Alfonso Kodoatie mengatakan alasan penghentian karena mempertimbangkan beberapa hal. Termasuk kondisi pasar yang hampir tumbang akibat Covid-19.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular