Jangan Jijik, Peneliti Beberkan Khasiat Donor di Bank Tinja

Jakarta, CNBC Indonesia - Menyimpan kotoran manusia terkesan menjijikkan? Tidak bagi beberapa peneliti, yang mengatakan aktivitas ini penting untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan melalui donor.
Untuk pasien manusia, teknik transplantasi tinja yaitu memindahkan mikrobioma dari kotoran manusia dari individu yang sehat ke orang lain saat ini banyak digunakan untuk mengobati kondisi Clostridioides difficile infection (CDI) atau radang usus (IBD). Namun, banyak ahli menyatakan metode serupa bisa digunakan untuk berbagai penyakit lain.
Tidak hanya itu, pengembangan sistem transplantasi tinja (FMT) autologus, yaitu transplantasi dari donor dan penerima yang sama, bisa mengatasi masalah yang selama ini ditemui pada metode ini yaitu ketidakcocokan antara donor dan penerima.
Namun perlu dicatat, kotoran yang dikumpulkan berasal dari saat pasien muda dan sehat. Kemudian, mikrobioma tersebut disimpan dalam fasilitas pendingin untuk dapat digunakan pada masa depan jika pasien nanti membutuhkan transplantasi.
"Secara konseptual, ide bank tinja untuk FMT autologus mirip dengan saat orang tua menyimpan darah tali pusar bayi mereka kemungkinan penggunaan di masa depan," kata ahli sistem biologi dari Universitas Harvard, Yang-Yu Liu dikutip dari Science Alert, Jumat (1/7/2022). "Namun ada potensi lebih besar penyimpanan tinja, dan kami mengantisipasi kemungkinan penggunaan sampel tinja jauh lebih tinggi dari darah tali pusar."
Pusat penyimpanan tinja kini sudah tersedia, yang pertama adalah Open Biome yang bersifat nirlaba. Lokasinya di Somerville, Massachusetts.
Sejak saat itu, sejumlah fasilitas serupa telah dibuka. Science Alert mencatat meskipun sebagian besar nampaknya biasanya menyimpan untuk motede FMT heterolog, daripada yang autologus.
"Pada prinsipnya prosedur penyaringan inang serta pengumpulan sampel yang sama bisa digunakan untuk tujuan meremajakan mikrobioma dengan FMT autologus," ujar sebuah penelitian yang ditulis Yang-Yu Liu serta rekan peneliti lainnya.
Tim peneliti mengungkapkan tidak perlu membuka tempat baru untuk FMT autologus. Namun dari yang sudah ada bisa digunakan kembali untuk meremajakan FMT autologus.
Rekan penulis dan ahli epidemiologi, Scott T. Weiss mengatakan FMT autologus punya potensi mengobati penyakit autoimun, jantung bahkan penuaan.
"FMT autologus memiliki potensi untuk mengobati penyakit autoimun seperti asma, multiple sclerosis, radang usus, diabetes, obesitas, dan penyakit jantung dan penuaan," kata Weiss.
[Gambas:Video CNBC]