Berebut Frekuensi, SpaceX Tuding 5G Ganggu Sinyal Starlink

Intan Rakhmayanti Dewi, CNBC Indonesia
Senin, 27/06/2022 15:55 WIB
Foto: Roket SpaceX Falcon 9 membawa 58 satelit untuk jaringan internet broadband Starlink SpaceX dan tiga satelit pencitraan bumi SkySat diluncurkan dari pad 40 di Stasiun Angkatan Udara Cape Canaveral pada 18 Agustus 2020 di Tanjung Canaveral, Florida. (Photo by Paul Hennessy/NurPhoto via Getty Images)

Jakarta, CNBC Indonesia - SpaceX, Dish Network, dan penyedia 5G lainnya terjebak dalam pertempuran memperebutkan frekuensi radio di Amerika Serikat.

Menurut SpaceX, frekuensi yang jadi rebutan dibutuhkan untuk layanan internet satelitnya, Starlink. Menurut Dish, frekuensi yang sama dibutuhkan untuk melayani pelanggan mereka.

SpaceX mengklaim bahwa, jika regulator federal mengizinkan jaringan nirkabel 5G untuk menggunakan pita spektrum tertentu, itu dapat menyebabkan pemadaman skala besar untuk pelanggan internet Starlink.


Spektrum mengacu pada rentang frekuensi radio. Di Amerika Serikat, regulator federal menjaga ketat siapa yang diizinkan untuk menggunakan gelombang di frekuensi apa, sehingga sinyal tidak mengganggu satu sama lain.

Dalam sebuah pernyataan, SpaceX melontarkan tuduhan ke Dish Network, yang meskipun dikenal sebagai perusahaan TV satelit, juga memiliki jaringan seluler.

SpaceX mengklaim bahwa Dish telah berusaha untuk mengelabui Komisi Komunikasi Federal (FCC), badan yang mengalokasikan penggunaan spektrum di Amerika Serikat.

Perusahaan besutan Elon Musk itu mengatakan bahwa Dish mengajukan analisis yang salah, dalam upaya untuk memperoleh izin perluasan jaringan 5G-nya. Kepada FCC, Dish menyatakan perluasan layanannya tidak akan mengganggu layanan Starlink.

Ketika dihubungi untuk memberikan komentar, Dish hanya mengatakan bahwa "insinyur ahli sedang mengevaluasi klaim SpaceX dalam pengajuan.", demikian dikutip dari CNN Internasional, Senin (27/6/2022).

Akar dari masalah ini adalah pita frekuensi 12 GHz, sepotong frekuensi radio yang terutama digunakan untuk layanan berbasis satelit seperti Starlink dan kompetitornya, OneWeb.

Dalam sebuah surat kepada FCC, direktur senior kebijakan satelit SpaceX, David Goldstein, menulis bahwa tidak ada insinyur yang dapat mempercayai studi yang diajukan oleh Dish dan sekutunya.

Dia juga mendesak FCC untuk menyelidiki apakah Dish Network dan RS Access, penyedia nirkabel lain, dengan sengaja mengajukan laporan yang menyesatkan.

SpaceX melakukan analisisnya sendiri yang mengklaim mengoreksi beberapa asumsi"yang dibuat dalam studi Dish dan RS Access.

"Jika upaya lobi Dish berhasil, penelitian kami menunjukkan bahwa pelanggan Starlink akan mengalami gangguan skala besar, lebih dari 77% dari waktu, dan pemadaman total layanan 74%, dari waktu. Ini membuat Starlink tidak dapat digunakan untuk kebanyakan orang Amerika," kata SpaceX dalam sebuah pernyataan.


(dem)
Saksikan video di bawah ini:

Video: RI "Terlambat" Adopsi 5G & AI Dibanding India-Malaysia, Kenapa?