Status Unicorn, Deretan Startup Global PHK Ribuan Karyawan
Jakarta, CNBC Indonesia - Seperti yang diketahui gelombang PHK sedang menerjang industri startup. Tak hanya yang ada di tahap pendanan awal, mereka yang sudah berstatus unicorn pun juga mengalami hal ini.
Sebut saja beberapa startup unicorn global seperti Bolt, Klarna, Gorrilas dan Ola. Alasan mereka merumahkan sebagian karyawannya yakni karena alasan perubahan struktural dan tantangan makro yang sedang terjadi saat ini.
Berikut ini CNBC Indonesia rangkum daftar startup unicorn yang tercatat merumahkan karyawan.
1. Bolt
Bolt, startup pembayaran sekali klik, telah memberhentikan sekitar 240 karyawan pada akhir Mei lalu.
CEO Maju Kuruvilla mengumumkan PHK dalam pesan Slack kepada staf Bolt. Perusahaan tidak mengumumkan berapa banyak orang yang di PHK, tapi berdasarkan spreadsheet yang mengumpulkan karyawan yang terkena dampak terlihat lebih dari 100 nama yang terdaftar.
Jumlah tersebut termasuk 10% dari total tenaga kerja di perusahaan senilai US$11 miliar itu, Adapun jumlah orang di perusahaan turun menjadi 660 dari sekitar 900 orang.
Sebagian besar atau semua tim perwakilan pengembangan dan penjualan diberhentikan, menurut dua orang yang terkena dampak PHK, dikutip dari Forbes.
Perusahaan terakhir mengumpulkan US$355 juta pada bulan Januari dan mempekerjakan lebih dari 900 karyawan setelah mengakuisisi startup crypto Wyre pada bulan April.
2. Klarna
Masih pada bulan Mei, Klarna, raksasa pembayaran asal Swedia memangkas ratusan pekerjaan mereka.
Berita hari ini datang beberapa hari setelah Wall Street Journal melaporkan bahwa perusahaan akan memangkas valuasinya untuk menggalang modal baru.
Perusahaan saat ini mempekerjakan sekitar 7.000 orang. Memotong 10% tenaga kerja perusahaan berarti sekitar 700 orang akan kehilangan pekerjaan di perusahaan fintech ini, demikian dikutip dari Tech Crunch. PHK ini berpotensi memengaruhi semua domain dan kantor di seluruh dunia.
"Saya tidak asing dengan berbagi kabar baik dan buruk. Namun, hari ini adalah yang paling sulit hingga saat ini," tulis salah satu pendiri dan CEO Klarna, Sebastian Siemiatkowski dalam pesan yang dibagikan kepada semua karyawan. "Sebanyak yang kita suka, Klarna tidak ada dalam gelembung."
3. Gorillas
Gorillas mengatakan membuat keputusan yang sangat sulit untuk melepaskan sekitar 300 karyawannya. Alasan mereka merumahkan karyawan adalah untuk memenuhi kebutuhan mencapai profitabilitas dalam jangka panjang.
Perusahaan yang berbasis di Berlin ini juga mengevaluasi kemungkinan keluar dari pasar Italia, Spanyol, Denmark dan Belgia.
Di antara opsi strategis lainnya, karena mengalihkan fokus ke pasar yang lebih menguntungkan seperti AS, Inggris, dan Jerman.
"Ini adalah langkah penting yang akan membantu Gorillas menjadi bisnis yang lebih kuat dan lebih menguntungkan dengan fokus yang tajam pada pelanggan dan mereknya," kata Gorillas dalam sebuah pernyataan.
Menurut laporan, Gorillas saat ini masih berjuang untuk mendapatkan pendanaan tambahan. Gorila diketahui telah menghimpun pendanaan sebanyak US$1,3 miliar hingga saat ini.
4. Ola
Ola, startup agregator taksi asal india, kembali melakukan restrukturisasi di seluruh bisnisnya. Keputusan tersebut mengakibatkan unicorn ini merumahkan sekitar 2.100 pekerja dark store-nya.
Ola mengakhiri kontrak para pekerja ini yang dipekerjakan untuk mengelola dark store perusahaan. Ola dilaporkan telah mengurangi setengahnya dan bahkan mungkin menutup beberapa di antaranya.
Startup itu telah mengalami tantangan regulator dengan mendatangkan pinjaman berjangka US$ 500 juta dari pemberi pinjaman asing.
Ola telah mengumumkan bahwa mereka akan melakukan perdagangan cepat lagi dan mengurangi operasi pengiriman makanannya kali ini. Ini berarti bahwa memberhentikan 2.100 orang itu tidak berarti apa-apa, karena perusahaan berusaha keras untuk menjauh dari bisnis inti yakni agregasi taksi.
Pada 2020 lalu, Ola telah memberhentikan 1.400 staf dari bagian perjalanan, layanan keuangan, dan bisnis makanan karena pendapatan turun 95 persen dalam dua bulan karena pandemi virus Corona.
(dem)