AS-Korea Selatan Mau Latihan Militer Besar-besaran, Ada Apa?

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
Sabtu, 21/05/2022 23:58 WIB
Foto: Presiden AS Joe Biden menghadiri pertemuan bilateral dengan Presiden Korea Selatan Yoon Suk-youl di People's House di Seoul, Korea Selatan, 21 Mei 2022. (REUTERS/Jonathan Ernst)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joe Biden dan mitranya yang baru dari Korea Selatan sepakat untuk mengadakan latihan militer yang lebih besar dan mengerahkan lebih banyak senjata AS, jika diperlukan untuk mencegah Korea Utara. Yang dilakukan sambil memperluas aliansi untuk mengatasi tantangan regional dan global baru.

Dilansir Reuters, Biden dan Yoon Suk-yeol menyatakan aliansi negara mereka yang telah berusia puluhan tahun perlu berkembang. Tidak hanya untuk menghadapi ancaman Korea Utara tetapi untuk menjaga kawasan Indo-Pasifik "bebas dan terbuka" dan melindungi rantai pasokan global.

Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden melakukan kunjungannya ke Korea Selatan untuk bertemu dengan Presiden Yoon Suk-Yeol. Adapun pertemuan kedua kepala negara tersebut terjadi di tengah kekhawatiran ancaman uji coba nuklir yang dilakukan Korea Utara.


Biden dan Yoon Suk-yeol bertemu di Seoul untuk pertemuan diplomatik untuk pertama kalinya sejak Yoon dilantik menjadi presiden Korea Selatan pada 11 hari yang lalu. Berdasarkan informasi intelijen, Kim Jong Un selaku diktator Korea Utara bersiap untuk melakukan uji coba nuklir atau rudal di saat pertemuan berlangsung.

"Aliansi, yang berasal dari Perang Korea 1950-1953, harus dikembangkan lebih lanjut untuk menjaga Indo-Pasifik 'bebas dan terbuka'," kata Biden dikutip dari Reuters, Sabtu (21/5/2022).

Perubahan dalam perdagangan internasional dan rantai pasokan memberikan dorongan baru bagi kedua negara untuk memperdalam hubungan mereka, kata Yoon, menyerukan kerja sama baterai listrik dan semikonduktor.

Biden menggunakan kunjungan itu untuk menggembar-gemborkan investasi di Amerika Serikat oleh perusahaan Korea, termasuk langkah Grup Motor Hyundai Korea Selatan yang bakal menginvestasikan sekitar US$ 5,5 miliar untuk membangun kendaraan listrik dan fasilitas manufaktur baterai khusus pertama di Amerika Serikat.

Yoon, yang ingin Korea Selatan memainkan peran yang lebih besar dalam isu-isu regional, diharapkan menjadikan negaranya salah satu anggota perdana Kerangka Ekonomi Indo-Pasifik (IPEF) Biden, yang akan diumumkan selama perjalanan untuk menetapkan standar tenaga kerja, lingkungan dan rantai pasokan.

Namun demikian, mengingat China merupakan mitra dagang utama Korea Selatan, kemungkinan dia akan menyampaikan pesan yang cukup hati-hati di depan umum tentang topik yang secara eksplisit melawan Beijing. Bahkan Yoon mengatakan bahwa bergabungnya Korea Selatan dengan IPEF tidak harus bertentangan dengan hubungan ekonomi negeri panda.


(dce/dce)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Adopsi Teknologi Tinggi, Infrastruktur Digital Makin Diperkuat