Asal Usul Sinyal dari Alien 45 Tahun Lalu Terungkap

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
20 May 2022 12:50
Attendees wear space travel and alien themed costumes as an influx of tourists responding to a call to 'storm' Area 51, a secretive U.S. military base believed by UFO enthusiasts to hold government secrets about extra-terrestrials, is expected in Rachel, Nevada, U.S. September 19, 2019. REUTERS/Jim Urquhart     TPX IMAGES OF THE DAY
Foto: Para peserta yang mengenakan pakaian luar angkasa dan kostum bertema alien sat 'storm' Area 51. (REUTERS / Jim Urquhart)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah siaran yang diduga dari makhluk luar angkasa atau alien terjadi pada 15 Agustus 1977. Setelah 45 tahun berlalu, peneliti mengungkapkan sumber siaran tersebut.

Kemungkinan suara Wow! Signal datang dari sebuah bintang mirip Matahari dan terletak 1.800 tahun cahaya pada konstelasi Sagitarius.

"Wow! Signal dianggap sebagai sinyal radio kandidat SETI [search for extraterrestrial intelligence/pencarian kecerdasan luar angkasa] terbaik yang kami tangkap dengan teleskop kami," jelas astronom amatir, Alberto Caballero, dikutip dari Live Science, Jumat (20/5/2022).

Sebagai informasi, NASA menjelaskan SETI adalah bidang yang mendengarkan kemungkinan pesan dari makluk dunia lain sejak pertengahan abad ke-20.

SETI pada teleskop Big Ear Ohio State University terdengar kuat, tetapi singkat hanya 1 menit 12 detik, ungkap laporan yang ditulis penemunya Jerry Ehman. Para peneliti telah berulang kali mencari dari tempat yang sama tapi hasilnya kosong.

Namun Caballero mengatakan suara itu bukanlah dari alien. Melainkan berasal dari sebuah peristiwa di alam. Para astronom sudah mengesampingkan beberapa kemungkinan seperti komet.

Caballero mencari melalui katalog bintang dari satelit Gaia Badan Antariksa Eropa setelah dua penerima teleskop Big Ear menunjuk ke konstelasi Sagitarius. "Saya menemukan secara khusus satu bintang mirip Matahari," ujarnya.

Dia menemukan pada obyek 2MASS 19281982-2640123 dengan jarak 1.800 tahun cahaya. Bintang itu memiliki suhu, diameter, luminositas yang identik dengan Matahari di Tata Surya.

Pencarian Caballero berfokus pada bintang mirip Matahari karena mencari kehidupan yang diketahui. Merujuk pada hasilnya, dia mengatakan bisa jadi ide terbaik untuk mencari planet yang bisa dihuni atau bahkan memiliki peradaban.

Pemikiran itu disetujui oleh seorang sejarawan dan mempelajari SETI di Pusat Astrofisika Harvard-Smithsonia, Rebecca Charbonneau. Dia, yang tidak ikut dalam penelitian, mengatakan instrumen diarahkan pada hal-hal yang dianggap menarik.

"Ada miliaran bintang di galaksi dan kita harus mencari cara mempersempitnya," kata dia. Namun dia juga mempertanyakan apakah mencari bintang seperti Matahari terlalu membatasi dan hanya melihat sekelompok bintang saja.


(npb)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Penelitian Terbaru, Manusia Diduga Titisan dari Alien

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular