
Free Fire Jadi Penyebab Pertumbuhan Shopee Mulai Tersendat?

Jakarta, CNBC Indonesia - Sea Ltd., melaporkan jumlah penurunan pesanan di platform marketplace Shopee, dan perusahaan gim"saudara" Shopee, Garena, yang juga terus kehilangan pengguna.
Order yang diproses oleh Shopee secara global memang naik dari 1,4 miliar pesanan pada kuartal I-2021 menjadi 1,9 miliar pesanan pada kuartal I/2022. Namun, jumlah tersebut juga lebih sedikit dibanding pesanan pada 3 bulan terakhir tahun lalu, yaitu 2 miliar order. Ini adalah penurunan jumlah order quarter-to-quarter (Q to Q) pertama sejak awal 2020.
Penurunan order di platform Shopee membuat nilai transaksi, yang diwakilkan dengan hitungan gross merchandise value (GMV), ikut tertekan. GMV di platform Shopee turun dari US$18,2 miliar menjadi US$17,4 miliar. Seperti jumlah order, ini adalah pertama kali omzet Shopee tidak tumbuh sejak periode pandemi Covid-19.
Pendapatan Shopee juga merosot secara kuartalan, dari US$1,6 miliar pada 3 bulan terakhir 2021 menjadi US$1,5 miliar pada kuartal I/2022.
Tantangan juga dihadapi oleh Garena, perusahaan penerbit game online dengan game terpopulernya Free Fire. Pertumbuhan pengguna aktif Garena untuk pertama kalinya merosot pada akhir tahun lalu, akibat larangan yang diterapkan oleh India.
Pada kuartal I-2022, jumlah pengguna aktif Garena terus merosot ke 615,9 juta pengguna dengan jumlah pengguna yang membayar turun ke 61,4 juta.
Penurunan jumlah pengguna ini membuat EBITDA disesuaikan Garena turun dari US$717,3 juta pada kuartal I-2021 menjadi US$431,4 juta pada kuartal I-2022. Padahal, Garena selama ini merupakan lumbung dana Sea Ltd., terutama untuk mendanai ekspansi besar-besaran Shopee yang beroperasi rugi.
Lalu, apakah penurunan order dan GMV Shopee karena efisiensi promosi? Apakah arus kas dari Garena yang tidak sederas dulu memaksa Shopee mengurangi diskon dan cashback untuk mendorong frekuensi belanja?
Sea Ltd tidak mengungkapkan angka take rate mereka, tarif yang mereka kutip dari tiap transaksi di Shopee. Namun, ini bisa diwakilkan oleh porsi dari GMV yang dicatatkan sebagai pendapatan. Pada kuartal I-2021, Shopee membukukan 5,7% dari GMV-nya sebagai pendapatan. Pada tiga bulan pertama tahun ini, indikator yang sama naik menjadi 7,2%.
Artinya pendapatan Shopee bisa naik lebih cepat dibandingkan dengan kenaikan biaya penunjang penjualan mereka. Angka cost of revenue Shopee tercatat naik hampir dua kali lipat dari US$674,5 juta pada kuartal I-2021 menjadi US$1,2 miliar pada kuartal I-2022.
Menurut penjelasan perusahaan, lonjakan ini dipacu oleh kenaikan biaya logistik karena jumlah order yang meroket. Sekali lagi, Sea Ltd tidak menyebutkan apakah ini termasuk subsidi berbentuk gratis ongkir.
Satu hal yang bisa menjadi sinyal dari Sea Ltd soal kinerja Shopee adalah di proyeksi pendapatan tahunan. Tadinya, Sea memproyeksikan Shopee bakal mendatangkan pendapatan US$8,9 miliar hingga US$9,1 miliar sepanjang 2022.
Di laporan keuangan terakhir, proyeksi tersebut direvisi di batas bawahnya menjadi US$8,5 miliar hingga US$9,1 miliar.
Secara grup, kerugian Sea Ltd makin membengkak dari US$422,1 juta pada kuartal I-2021 menjadi US$580,1 juta pada kuartal I/2022.
Menurut Reuters, yang mengutip data Refinitif IBES, keberhasilan Sea Ltd mencetak pendapatan US$2,9 miliar melampaui ekspektasi pasar yang di kisaran US$2,76 miliar.
(Intan Rakhmayanti Dewi/dem)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Data Pendanaan Startup di Indonesia Bulan Maret 2022
