Bitcoin Disebut Telah 'Mati' 7 Kali Selama 2022, Ini Buktinya

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
19 May 2022 07:25
People walk by a Bitcoin sign during a meet up between local bitcoin users and foreigners at the closing of Adopting Bitcoin - A Lightning Summit, at El Zonte Beach, in Chiltiupan, El Salvador November 18, 2021. REUTERS/Jose Cabezas
Foto: Bitcoin. (REUTERS/Jose Cabezas)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga Bitcoin diketahui sudah turun sejak Januari 2022 lalu. Ternyata sepanjang tahun ini, "kematian" Bitcoin sudah terjadi sebanyak tujuh kali.

Ini terlihat dalam Bitcoin Obituaries yang dibuat 99bitcoins.com. Dalam daftar tersebut sejak 2010, Bitcoin disebut telah mati sebanyak 447 kali.

Laman itu memperlihatkan laporan soal Bitcoin dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2017, ada 124 obituari yang ditambahkan ke portal.

Tahun 2018, Bitcoin mati 93 kali dan berselang satu tahun kemudian menurun hanya 41 kematian. Sementara itu pada 2020, jumlahnya jauh lebih sedikit 14 laporan saja.

Sementara itu pada 2021 jumlahnya kembali naik menjadi 47. Tahun 2022 tercatat hanya ada 7 kematian Bitcoin, dikutip dari news.bitcoin.com, Kamis (19/5/2022).

Namun perlu diingat tahun ini belum berakhir. Tapi jumlahnya telah melewati laporan 2010, 2011, dan 2012 dengan jumlah obituari tahunan sejauh ini.

Obituari terakhir yang terdaftar ditulis oleh jurnalis keuangan Inggris dan kolumnis Financial Times (FT) John Plender. Dia mendaftarkannya sebagai 'Bitcoin akan kehabisan orang lebih bodoh'.

Plender yang tidak percaya dengan Bitcoin tetapi mengakui blockchain merupakan teknologi yang kuat. "Tidak dapat disangkal kekuatan menakjubkan dari teknologi blockchain yang bertahan lama," tulisnya dalam tajuk FT.

Nilai Bitcoin diketahui mengalami penurunan dalam beberapa waktu terakhir. Bahkan menurut Gold Bug, Peter Schiff, bukan tak mungkin harga Bitcoin bisa di bawah US$10 ribu.

Awal bulan ini dia mengatakan penurunan Bitcoin selama akhir minggu tersebut adalah indikator utama kelemahan pada aset berisiko lain sebab saham berjangka diperdagangkan turun 1%.

"Begitu investor mengetahui bahwa kenaikan suku bunga Fed akan menghasilkan resesi namun bukan penurunan inflasi yang signifikan, emas akan melambung," kata dia.


(npb/dem)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mau Investasi di Kripto Made in RI, Ini Pesan Khusus Bappebti

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular