
Pegawai Tiktok Curhat Kerja Penuh Tekanan Mental, Anda Minat?

Jakarta, CNBC Indonesia - Bekerja di Tiktok ternyata penuh siksaan mental. Sejumlah mantan pegawai raksasa mendia sosial itu menggambarkan pekerjaannya selalu di dalam tekanan.
Bahkan ada yang mengungkapkan bekerja di sana tak sama seperti yang terjadi di platform Tiktok. "Cara karyawan Tiktok diperlakukan adalah kebalikan dari platform Tiktok," tulis Dylan Juhnke yang pernah bekerja sebagai brand partnership dalam sebuah memo tahun 2021 lalu, dikutip dari Business Insider, Kamis (12/5/2022).
Junhke mengunggah memo itu setelah mendapatkan sanksi dari perusahaannya. Masalahnya berawal saat dia mengajukan pertanyaan soal atasannya yang mengabaikan pertanyaan mengenai kompensasi karyawan dan mengundurkan diri pada pertemuan town hall.
The Wall Street Journal juga membuat laporan rangkuman curhatan para mantan pegawai Tiktok. Mereka disebut harus menghadapi budaya kerja dengan tekanan tinggi, dari rapat 85 jam, kurang tidur, hingga siksaan mental.
Salah satu curhatannya adalah pegawai yang pernah bekerja di sana mengalami perubahan emosional dan berat badan bahkan harus mengikuti terapi psikologi. Cerita lainnya mengatakan mereka harus membawa bukti dokumen soal kondisi medis yang mengancam jiwa agar manajer bisa mengizinkan agar tidak lembur selama dua hari.
Bahkan sebuah cerita memilukan bekerja di Tiktok juga diunggah Melody Chu dalam tiga postingan di laman Medium dengan judul Seperti Apa Rasanya Bekerja di Tiktok. Salah satunya mengungkapkan dia harus merelakan tidak pernah makan malam di rumah saat hari kerja dan harus mengikuti rapat di hari Minggu atau lewat jam 10 malam.
"Saya tadinya berpikir bahwa saya sudah melalui beberapa hal sulit dalam karier saya sejauh ini [sebelum bekerja di Tiktok]," ucapnya yang sebelumnya bekerja di Facebook selama 5 tahun dan menjadi engineer di NextDoor.
Dalam laporan WSJ, banyak karyawan berasal dari perusahaan teknologi besar lain. Namun mereka menyebut Tiktok menekankan produktivitas dan kerahasiaan tanpa henti dengan tingkat luar biasa.
Satu hal yang juga disoroti adalah budaya kerja perusahaan China yang diadopsi dalam lingkungan Tiktok. Budaya 9-9-6 yaitu sistem jam kerja dari jam 9 pagi hingga 9 malam, enam hari seminggu.
Ada upaya untuk mengubah budaya itu. Pabel Martinez, mantan karyawan lain pada April lalu mengatakan diubah menjadi bekerja dari jam 10 pagi hingga 7 malam, dari Senin hingga Jumat.
"Saya berpikir bahwa budaya bekerja terlalu banyak atau tidak memiliki keseimbangan kehidupan kerja, [sudah] meresap ke seluruh organisasi dan kerap mendorong [kami] bekerja di luar jam kerja," ujarnya.
Seperti diketahui Bytedance, induk perusahaan Tiktok berasal dari China. Bytedance juga disebut memegang banyak kendali di Tiktok, ungkap sejumlah karyawan, termasuk penerapan jam kerja bagi perusahaannya yang berada di Amerika Serikat (AS).
Namun laporan itu juga menyebut masih banyak yang bertahan di atas budaya kerja tersebut. Wall Street Journal mengutip sejumlah sumber, alasannya mereka mengharapkan yang banyak dari opsi saham saat perusahaan masuk bursa.
Sementara itu Business Insider menuliskan Tiktok dan Melody Chu tidak menanggapi permintaan berkomentar.
(npb)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Google Minggir! TikTok Jadi Website Terpopuler Dunia 2021