Kiamat Uang Kertas dan Rencana Besar BI Soal Rupiah Digital

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
27 April 2022 10:20
Jasa Penukaran uang rupiah pecahan kecil di Pinggir Jalan (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Jasa Penukaran uang rupiah pecahan kecil di Pinggir Jalan (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perkembangan teknologi dan digitalisasi yang semakin masif, membuat central bank digital currency (CBDC) diyakini dunia sebagai suatu keniscayaan.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menjelaskan, perkembangan aset digital saat ini telah berkembang dengan sangat pesat, tak terkecuali aset kripto.

Perdagangan aset kripto dinilai telah menimbulkan risiko stabilitas keuangan dan moneter. Selain itu juga menimbulkan kekhawatiran akan adanya pencucian uang dan pendanaan terorisme.

Dalam menghadapi tantangan digitalisasi saat ini, CBDC diklaim sebagai elemen kunci dalam meningkatkan pembayaran lintas batas dan peran katalis bank sentral dalam mendukung interoperabilitas.

CBDC juga bertujuan untuk menghindari dampak fenomena percepatan pertumbuhan transaksi aset digital yang memiliki risiko besar terhadap stabilitas sistem keuangan dan moneter global.

Hadirnya CBDC nantinya, tentu akan berdampak terhadap pemakaian uang kertas bisa semakin ditinggalkan, karena uang digital akan lebih digemari karena cenderung praktis. Seperti saat ini masyarakat lebih nyaman menggunakan transaksi digital.

Tujuan akhir dari CBDC, kata Perry dapat dicapai melalui pentingnya pemahaman bersama mengenai teknologi dan kolaborasi inklusif antar negara-negara maju dan berkembang.

Kendati demikian, bank sentral di seluruh dunia perlu memastikan mengenai integrasi, interoperabilitas, dan interkonektivitas infrastruktur pembayaran, yang saling terhubung dengan berbagai infrastruktur pasar keuangan.

"Dimana bank sentral dapat menggunakan acuan untuk mengembangkan CBDC di bawah negara sendiri, juga kesepakatan yang luas antar negara dan kemudian menggunakan CBDC sebagai sistem moneter internasional," jelas Perry.

Bank sentral, kata BI masih menemukan sejumlah pertanyaan yang perlu menjadi pertimbangan dalam mengembangkan CBDC. Pertanyaan itu misalnya tentang apakah bank sentral harus menerbitkan CBDC secara wholesale atau dengan metode retail.

Apakah juga bank sentral harus menerbitkan CBDC secara individu atau bisa bekerjasama dengan swasta, juga lewat platform apa CBDC harus diterbitkan.

Juga, tak kalah penting dalam mengembangkan CBDC, kata Perry adalah apa implikasinya terhadap makro ekonomi, moneter, dan stabilitas keuangan. Oleh karena itu, bank sentral perlu membuat desain konseptual CBDC secara matang.

BI melihat setidaknya ada tiga tantangan utama dalam penyusunan uang digital ini. Pertama, membangun sarana yang efektif dan kuat dalam menerbitkan, mendistribusikan dan mentransfer CBDC. Dalam hal ini kemampuan baru, seperti programabilitas uang serta turut mendukung tersedianya layanan inovatif kepada pengguna.

Kedua, mendukung inklusi keuangan untuk mengatasi hambatan yang dihadapi oleh masyarakat yang belum memiliki rekening bank dan tidak terjangkau oleh bank.

Ketiga, meningkatkan interoperabilitas dan mengaktifkan koneksi serta keterkaitan dalam sistem pembayaran, meningkatkan konektivitas dan interoperabilitas.


(cap/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article YouTube Tawarkan Rp 4,3 Miliar ke YouTuber, Kamu Bukan?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular