
Drama Twitter: Kinerja Keuangan, Saham, hingga Elon Musk

Bisnis media sosial makin hari makin ketat, dengan pemain lama yang makin mumpuni secara teknologi dan pendatang baru yang tak kalah agresif menyikat pangsa pasar.
Selain pertumbuhan pengguna, memperoleh keuntungan yang menarik bagi investor juga sama beratnya. Facebook yang didirikan tahun 2004, baru mencetak keuntungan bersih pada 2012 setelah memiliki 300 juta pengguna, sekarang jumlahnya telah lebih dari 2 miliar.
Sementara itu, pertama kalinya bottom line Twitter membuat investor tersenyum baru terjadi pada 2018, lebih dari satu dekade sejak didirikan.
Bahkan, masih ada beberapa perusahaan teknologi yang kesulitan memonetisasi platform raksasa mereka. Aplikasi pesan singkat milik Meta, Whatsapp, hingga saat ini masih belum menemukan formula yang tepat untuk menguangkan bisnis yang bagi banyak orang sudah terintegrasi penuh dan susah ditinggalkan. Rencana awal untuk menjadikan Whatsapp sebagai tambang iklan terbentur masalah privasi, membuat Zuckerberg membatalkan misi tersebut. Terbaru, Whatsapp mulai memperkenalkan Communities, fitur yang diharapkan mampu menghasilkan pundi-pundi tambahan bagi Meta.
Senada, Twitter juga berusaha keras untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan, baik itu dengan mengganti arah haluan bisnis maupun dengan memperkenalkan fitur-fitur unggulan terbaru.
Bisnis Berlangganan
Awal tahun ini, Twitter mengatakan pada bahwa mereka akan mengubah nama segmen bisnis 'Lisensi Data dan Pendapatan Lainnya' menjadi 'Langganan dan Pendapatan Lainnya' dimulai dengan kuartal pertama tahun ini.
Langkah ini mencerminkan penjualan US$1,05 miliar dari perusahaan iklan seluler MoPub kepada AppLovin Corp. Penjualan itu diumumkan pada bulan Oktober, dan ditutup pada awal Januari lalu.
Branding ulang segmen ini akan mencakup pendapatan dari layanan berlangganan bulanan Blue yang diluncurkan tahun 2021 lalu. Twitter Blue menawarkan pelanggan akses ke fitur eksklusif dan eksperimental, termasuk kemampuan untuk menggunakan token yang tidak dapat dipertukarkan (NFT) sebagai gambar profil mereka.
Blue tersedia untuk pengguna di AS, Kanada, Selandia Baru, dan Australia. Meskipun perusahaan belum mengatakan berapa banyak pelanggan layanan tersebut, eksekutif Twitter mengatakan bahwa perusahaan "sangat senang dengan apa yang dilihat sejauh ini."
Twitter juga agresif memperkenalkan fitur baru, setelah gagal menyalin kesuksesan Instagram yang sukses meniru story dari Snapchat lewat fitur fleet, Twitter mulai mencoba terjun di segmen konten audio melalui space yang menawarkan pengalaman yang sama seperti Clubhouse - yang namanya mulai pudar - secara lebih demokratis.
Saat ini, selain perusahaan teknologi dan sosial media utama seperti Meta dan Google, Twitter mendapat penantang baru, dua di antaranya adalah Snap dan TikTok. Kedua aplikasi ini sangat dekat dengan generasi yang lebih muda dan memiliki basis pertumbuhan pengguna yang lebih tinggi dari Twitter.
ByteDance, induk TikTok yang bukan merupakan perusahaan publik tidak wajib melaporkan kinerja keuangannya secara luas. Akan tetapi, sumber Reuters menyebut bahwa, aplikasi yang baru dirilis tahun 2016 ini mencatatkan total pendapatan US$58 miliar tahun lalu, naik 70% secara tahunan. Angka tersebut US$53 miliar lebih banyak dari yang dihasilkan Twitter.
ByteDance adalah salah satu perusahaan teknologi swasta terbesar di dunia dengan perdagangan baru-baru ini di pasar sekunder ekuitas swasta bernilai sekitar US$300 miliar, menurut laporan Reuters.
Selain TikTok, aplikasi ByteDance lainnya termasuk Douyin yang merupakan TikTok versi China, agregator berita Jinri Toutiao, dan platform streaming video Xigua.
Khusus untuk TikTok sendiri, pendapatan iklan aplikasi berbagi video TikTok diperkirakan meningkat tiga kali lipat pada tahun 2022 menjadi lebih dari US$11 miliar. Angka tersebut melebihi penjualan gabungan dari saingannya Twitter dan Snap menurut perusahaan riset Insider Intelligence.
Kondisi suboptimal tersebut juga membuat saham Twitter susah terangkat. Tercatat saham Twitter hanya dua kali mengalami kenaikan signifikan, yakni ketika awal Ipo tahun 2013 dan saat reli era pandemi buah dari kebijakan 'uang murah'. Saat ini saham Twitter diperdagangkan di kisaran yang dekat dengan saat awal IPO, atau tumbuh kurang dari 9% sejak awal diperdagangkan secara publik.
(fsd)