
Terbaru! Peneliti Ungkap 'Kelemahan' Terbesar Vaksin Sinovac

Jakarta, CNBC Indonesia - Setiap vaksin memiliki kelebihan dan kelemahannya tersendiri. Dalam penelitian terbaru yang dilakukan di Singapura, tim yang terdiri dari ahli penyakit menular dari National Center for Infectious Diseases (NCID) dan Kementerian Kesehatan (MOH) menemukan fakta baru dalam penelitian terhadap vaksin Sinovac.
Hasilnya, orang yang menggunakan vaksin Corona Vac Sinovac hampir lima kali lebih mungkin mengalami gejala parah Covid-19 dibandingkan mereka yang menerima vaksin Pfizer-BioNTech/Comirnaty.
Hal ini terungkap dengan pengamatan efektivitas yang relatif lebih rendah dari dua vaksin virus utuh yang tidak aktif (Sinovac dan Sinopharm), terhadap infeksi Covid-19 dibandingkan dengan vaksin mRNA (Pfizer-BioNTech dan Moderna).
Mereka menyimpulkan vaksin Sinovac 4,59 kali kemungkinan mengalami gejala Covid-19 lebih parah dibandingkan dengan mereka yang menerima vaksin Pfizer-BioNTech. Mereka juga 2,37 kali lebih mungkin terinfeksi, dibandingkan dengan mereka yang menggunakan vaksin Pfizer-BioNTech.
"Individu yang divaksin dengan dua dosis vaksin virus utuh yang tidak aktif diamati memiliki perlindungan yang lebih rendah terhadap infeksi Covid-19 dibandingkan dengan mereka yang divaksinasi dengan vaksin mRNA," kata penelitian yang dipublikasikan pada Selasa (12/4/2022), dikutip dari Channel News Asia, Sabtu (16/4/2022).
"Namun demikian, baik vaksin mRNA dan vaksin virus utuh yang tidak aktif, memberikan perlindungan yang cukup terhadap gejala parah Covid-19 dan vaksinasi tetap menjadi strategi utama melawan pandemi."
Adapun, gejala parah dalam penelitian tersebut didefinisikan sebagai mereka yang membutuhkan suplementasi oksigen di rumah sakit, masuk unit perawatan intensif (ICU), atau kematian.
Temuan itu juga menunjukkan bahwa vaksin Moderna lebih efektif dalam mencegah gejala parah dibandingkan dengan vaksin Pfizer-BioNTech.
Mereka yang menggunakan Moderna ditemukan kurang dari setengah (0,42) kali lebih mungkin mengembangkan Covid-19 yang parah daripada penerima Pfizer-BioNTech, dan mereka juga lebih kecil kemungkinannya untuk terinfeksi.
Mengutip laporan dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC AS), efektivitas vaksin Moderna yang lebih tinggi kemungkinan karena kandungan mRNA yang lebih tinggi dalam vaksin Moderna dan interval waktu yang lebih lama antara suntikan.
Penelitian tersebut melibatkan sekitar 2,7 juta orang di Singapura berusia 20 tahun ke atas yang menerima dua dosis di bawah program vaksinasi nasional. Data diambil periode tujuh minggu pada tahun 2021 dari 1 Oktober hingga 21 November, ketika kasus di Singapura melonjak karena virus corona varian Delta.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dijadikan Vaksin Booster, Ini Efek Samping Moderna & Pfizer
