Riset Terbaru Gejala Covid-19 Omicron vs Varian Delta

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
Senin, 11/04/2022 16:45 WIB
Foto: Infografis/Mitos vs Fakta Seputar Omicron/Arie Pratama

Jakarta, CNBC Indonesia - Penyakit akibat omicron ditemukan dua hari lebih pendek dari varian Delta. Temuan ini berasal dari sebuah penelitian besar pada warga Inggris yang telah divaksinasi dan menyimpan gejalanya pada log smartphone.

Para peneliti menyimpulkan hal ini berarti membuat periode penularan lebih pendek. Pada akhirnya juga akan berdampak pada kebijakan kesehatan di tempat kerja.

"Penyajian gejala lebih singkat menunjukkan, menunggu konfirmasi dari studi viral load, jika periode penularan mungkin lebih pendek, yang gilirannya akan berdampak pada kebijakan kesehatan di tempat kerja dan panduan kesehatan," jelas para peneliti, dikutip dari Reuters, Senin (11/4/2022).


Durasi gejala yang pendek ini juga lebih jelas pada mereka yang mendapatkan tiga dosis vaksin. Dilaporkan gejala rata-rata 7,7 hari selama periode yang didominasi Delta. Sementara pada omicron hanya 3,3 hari atau 4,4 hari.

Sementara mereka yang mendapatkan dua dosis vaksin Covid-19 mengalami gejala Delta selama 9,6 hari. Durasi lebih pendek terjadi pada pasien omicron yakni 1,3 hari.

Para peneliti juga menemukan pasien omicron yang bergejala 25% lebih kecil dirawat di rumah sakit dibandingkan pasien Delta.

Penelitian dari King's College London ini menganalisa dua set data. Pertama 1 Juni hingga 27 November 2021 saat Delta menyebar dan menyumbang 70% kasus.

Berikutnya periode 20 Desember 2021 hingga 17 Januari 2022, yakni saat omicron menyumbang 70% kasus.

Penelitian ini menggunakan aplikasi Studi Zoe Covid-19. Aplikasi mengumpulkan data mengenai gejala yang dilaporkan penggunanya sendiri.

Pada awalnya perusahaan didirikan untuk menawarkan saran nutrisi berdasarkan tes. Aplikasi bersifat nirlaba dan bekerja sama dengan King's Collede London dan didanai oleh Departemen Kesehatan dan Perawatan Sosial setempat.


(roy/roy)
Saksikan video di bawah ini:

Video: "Ledakan" Adopsi AI-Cloud, Infrastruktur Server RI Siap Hadapi?