Asal Usul Varian XE: Kombinasi Dua Subvarian Omicron
Jakarta, CNBC Indonesia - Baru-baru ini kembali ditemukan varian Covid-19 terbaru. Bernama varian XE, ini berasal dari rekombinan sub-varian BA.1 (omicron awal) dan BA.2.
Varian XE sendiri telah ditemukan di Inggris. WHO melaporkan rekombinan XE diidentifikasi sejak 19 Januari lalu di negara tersebut dan sudah ada lebih dari 600 kasus.
Berikut fakta-fakta soal varian XE, dirangkum CNBC Indonesia dari berbagai sumber, Selasa (5/4/2022):
Asal Usul XE
Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) telah memantau tiga varian rekombinan XD, XE, dan XF. XD merupakan hibrida dari BA.1 dan XF gabungan Delta dan BA.1.
Sementara XE adalah rekombinan BA.1 dan BA.2. Keduanya diketahui telah menyebabkan gelombang kasus di banyak bagian benua dan menyebar dengan sangat cepat dibanding varian lain, dikutip dari NDTV.
Seberapa bahayanya rekombinan ini? Susan Hopkins, Kepala Penasihat Medis UKHSA, mengatakan ini serup dengan varian virus Covid-19 lain. "Sebagian besar tidak memberikan keuntungan apapun kepada virus dan mati relatif cepat," ungkapnya.
Kasus XE di Inggris
Sejak pertama kali ditemukan, sudah ada 637 kasus XE di Inggris. Sementara untuk negara lain, Departemen Kesehatan Masyarakat Chicago melaporkan sudah ada beberapa kasus XE di luar Inggris. Termasuk Amerika Serikat (AS).
Lebih Cepat Menyebar
UKHSA telah mempelajari sampel BA.2 dan berkesimpulan XE 9,8% lebih mudah menular, meskipun pada akhirnya mengatakan butuh banyak data lagi soal penyebarannya.
Hampir serupa WHO juga mengatakan XE 10% lebih mudah menular dari BA.2. Namun juga menekankan tetap memerlukan konfirmasi lebih lanjut lagi.
Potensi Jadi Variant of Concern
Sejauh ini XE belum jadi variant of concern (VoC). WHO menetapkan varian sebagai VoC dengan perubahan susunan genetik yang merugikan manusia. Serta juga memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi.
Susan Hopkins mengatakan XE punya tingkat pertumbuhan yang bervariasi. Jadi belum bisa memastikan terkait pertumbuhannya.
"Sejauh ini tidak ada cukup bukti untuk menarik kesimpulan terkait transmisibilitas, keparahan atau efektivitas vaksin." jelasnya dikutip dari Times of India.
(npb/npb)