
Perang Operator Seluler RI, Siapa Pemenangnya?

Indonesia yang merupakan negara penghasilan menengah tetapi memiliki demografi yang cukup besar, memaksa seluruh operator melakukan perang harga demi mengamankan pelanggan setia dan menambah pangsa pasar ke depan.
Operator berlomba-lomba menawarkan harga serendah mungkin, yang mana pada akhirnya menekan pendapatan rata-rata per pelanggan (ARPU/average revenue per user). ARPU yang rendah pada akhirnya tentu akan berkontribusi pada kinerja laba yang juga kurang optimal.
Meski demikian dalam tiga tahun terakhir ARPU dari operator seluler mencatatkan pertumbuhan, kecuali Smartfren yang malah turun setiap tahun.
Hingga akhir tahun 2020, tidak ada satu pun operator dalam negeri yang ARPU gabungannya (prabayar dan pasca bayar) menyentuh angka Rp 50.000.
ARPU gabungan tertinggi dicatatkan oleh Telkomsel yang tumbuh dari Rp 41.000 di 2018 menjadi Rp 44.000 pada 2020, diikuti XL Axiata yang ARPU-nya juga meningkat menjadi Rp 36.000. Selanjutnya ada Indosat yang ARPU meningkat lebih dari 70% dari tahun 2018 menjadi Rp 31.900 pada tahun 2020.
Secara kontrak pembelian, layanan pasca bayar jauh lebih menguntungkan. Di luar Telkomsel yang tidak merinci ARPU berdasarkan kontrak, XL Axiata memimpin sebesar Rp 111.000 dan meningkat dalam tiga tahun terakhir. Sementara itu Smartfren dan Indosat angka ARPU-nya masing-masing tercatat turun dari tahun 2018.
Dari kontrak prabayar, XL memimpin dengan ARPU sebesar Rp 34 ribu, diikuti oleh Indosat sebesar yang naik 84% menjadi Rp 30.500 pada 2020. Sedangkan Smartfren ARPU nya malah turun lebih dari sepertiga dari semula tertinggi tahun 2018, menjadi hanya Rp 29.300 di tahun 2020.
