
Tarif Data RI Paling Murah di ASEAN, Untung atau Rugi?

Jakarta, CNBC Indonesia - Rata-rata harga internet dari operator seluler Indonesia terendah dibandingkan negara lain di kawasan Asia Tenggara. Dilaporkan jika harga 1GB di tanah air hanya Rp 6 ribu.
Dalam pemaparan yang disampaikan Direktur Telekomunikasi Ditjen PPI Kementerian Kominfo, Aju Widya Sari, terlihat jika harga rata-rata internet yang mendekati Indonesia di Vietnam senilai US$0,49. Tiga negara Singapura, Timor Leste dan Fillipina memiliki rata-rata harga internet di atas US$1.
Bahkan di Brunei Darussalam mencatat harga rata-rata tertinggi di Asia Tenggara dengan US$2,23 (Rp 32.014).
Berikut rata-rata harga internet di Asia Tenggara dalam pemaparan Aju, dikutip dari kanal Youtube Selular TV, Senin (4/4/2022):
- Indonesia US$0,42 (Rp 6.028)
- Vietnam US$0,49 (Rp 7.033 ribu)
- Myanmar US$0,78 (Rp 11.196)
- Kamboja US$0,83 (Rp 11.914)
- Malaysia US$0,89 (Rp 12.775)
- Thailand US$1,06 (Rp 15.216)
- Singapura US$1,09 (Rp 15.646)
- Timor Leste US$1,67 (Rp 23.972)
- Fillipina US$1,77 (Rp 25.407)
- Brunei Darussalam US$2,23 (Rp 32.014).
Selain harga yang murah, Aju juga menjelaskan produk yang ditawarkan para operator cukup banyak. Bahkan menurutnya mencapai 1000an produk dari bulan ke bulan.
Menurutnya hal tersebut menunjukkan persaingan yang ketat di industri mobile broadband. Untuk mendapatkan kenaikan pendapatan cukup menantang dari sisi operator, ujar Aju.
"Untuk mendapatkan sedikit ya pendapatan yang naik dari operator cukup menantang dari operator, kita perlu memperhatikannya dari segala sisi. Tidak hanya dari tarifnya tapi apa sih yang menjadi penyebab ini semua," kata dia.
Aju mengatakan pendapatan operator sangat tergantung untuk bisa memperbaiki kecepatan rata-rata bandwidth layanan internet dari negara tetangga.
Untuk daya serap sendiri, 30% masyarakat Indonesia masuk dalam segmentasi rentan kemiskinan. Tarif murah sendiri menjadi pilihan bagi masyarakat di dalam negeri.
"Indonesia kelompok masyarakat kita untuk segmentasi yang rentan kemiskinan dan vulnarable cukup besar lebih dari 30%, dengan kemampuan sekitar Rp 300 ribu secara konsumsi perbulan membeli layanan internet, cukup berat sehingga tarif murah menjadi pilihan masyarakat untuk mengakses internet," jelas Aju.
Sementara itu penetrasi internet di Indonesia masih didominasi oleh kelompok menengah ke atas. "Menjadi perhatian penyelenggara untuk menawarkan tarif lebih baik tapi daya serap masyarakat masih rendah. Sehingga mendorong sensitif harga menjadi tantangan sendiri," ungkapnya.
(npb/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perang Tarif Telko! Tarif Internet RI Termurah Kedua di Dunia
