Alert! Gumpalan Batu Bawah Tanah Picu Letusan Gunung Berapi

Intan Rakhmayanti Dewi, CNBC Indonesia
17 March 2022 08:44
Sungai Nil, Laut Merah dan Laut Mediterania (10/6/2019) (Johnson/Nasa)


Sungai Nil, Laut Merah dan Laut Mediterania dipisahkan oleh berbagai negara bergurun sepreti Mesir, Arab Saudi, Israel dan Yordania seperti terlihat dari Stasiun Luar Angkasa Internasional yang mengorbit 254 mil di atas Afrika.
Foto: Sungai Nil, Laut Merah dan Laut Mediterania (10/6/2019) (Johnson/Nasa)

Jakarta, CNBC Indonesia - Selama bertahun-tahun para ilmuwan dibikin bingung dengan dua gumpalan batu besar di bawah permukaan bumi yang kehadirannya masih menjadi misteri.

Banyak teori telah dibuat sejak penemuan mereka pada 1980-an, termasuk klaim bahwa mereka bisa menjadi fragmen besar dari dunia asing.

Gumpalan batu di bawah kerak bumi masing-masing seukuran benua dan 100 kali lebih tinggi dari Gunung Everest. Keberadaan batu ini ditemukan satu di bawah Afrika, sementara yang lain ada di bawah Samudra Pasifik, demikian dikutip dari New York Post, Kamis (17/3/2022).

Untuk mencari jawaban, sepasang ahli telah membuat studi yang menghasilkan penemuan baru menarik tentang dua massa raksasa tersebut. Seperti yang diduga, ternyata gumpalan di bawah Afrika jauh lebih tinggi.

Bahkan, tingginya dua kali lipat dari yang ada di sisi lainnya, berukuran sekitar berukuran sekitar 997 kilometer lebih tinggi. Para ilmuwan juga menemukan bahwa rumpun batuan Afrika kurang padat dan kurang stabil.

Belum ada yang bisa menjelaskan secara khusus tentang situasi ini. Adanya gumpalan bawah tanah tersebut, bisa menjadi alasan mengapa Afrika memiliki lebih banyak letusan gunung berapi selama ratusan juta tahun daripada gumpalan serupa yang ada di Samudra Pasifik.

"Ketidakstabilan ini dapat memiliki banyak implikasi untuk tektonik permukaan, dan juga gempa bumi dan letusan supervulkanik,"kata Qian Yuan, dari Arizona State University yang memimpin penelitian ini.

Bahan termo-kimia ini secara resmi dikenal sebagai daerah kecepatan geser rendah besar (LLSVP) dan telah dipelajari dengan melihat data dari gelombang seismik dan menjalankan ratusan simulasi.

Meski ilmuwan telah mendapat jawaban bahwa keduanya memiliki komposisi yang berbeda, namun mereka masih belum mengetahui bagaimana pengaruhnya terhadap mantel yang terdapat di antara inti planet dan kerak bumi.

"Dan yang paling penting, kami tidak lebih dekat untuk mencari tahu dari mana gumpalan misterius ini berasal," ujar Qian.

Kombinasi analisis hasil seismik dan pemodelan geodinamika disebut dapat memberikan wawasan baru tentang sifat struktur terbesar Bumi di bagian dalam dan interaksinya dengan mantel di sekitarnya.

"Pekerjaan ini memiliki implikasi luas bagi para ilmuwan yang mencoba memahami status saat ini dan evolusi struktur mantel dalam, dan sifat konveksi mantel." pungkasnya.


(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article China Diselimuti Langit Berwarna Merah Darah, Fenomena Apa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular