
Hacker Anonymous Bela Ukraina, Matikan Website Penting Rusia

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah kelompok Anonymous disebut telah meretas database Kementerian Pertahanan Rusia. Kelompok ini diyakini telah meretas beberapa saluran TV pemerintah untuk menampilkan konten pro-Ukraina.
Mereka bahkan secara terbuka menyatakan perang terhadap Rusia. Para hacker itu secara kolektif men-tweet dari akun yang ditautkan ke Anonymous, @YourAnonOne, bahwa rezim Vladimir Putin berada di depan mata.
Melansir laman The Guardian, Selasa (1/3/2022), kelompok tersebut telah mengklaim atas beberapa insiden dunia siber yang terjadi, termasuk serangan penolakan layanan terdistribusi.
Dimana sebuah situs menjadi tidak dapat dijangkau dengan dibombardir trafiknya. Serangan DDoS tampaknya masih bekerja pada Minggu (27/2) sore, dengan situs resmi Kremlin dan Kementerian Pertahanan masih tidak dapat diakses.
Anonymous juga mengatakan telah meretas database Kementerian Pertahanan. Mereka juga mengklaim telah meretas saluran TV pemerintah Rusia dengan memposting konten pro-Ukraina termasuk lagu-lagu patriotik dan gambar dari invasi.
amie Collier, seorang konsultan di perusahaan keamanan siber AS Mandiant, mengatakan sulit untuk secara langsung mengaitkan aktivitas ini dengan Anonymous. Karena entitas yang ditargetkan kemungkinan akan enggan untuk mempublikasikan data teknis terkait.
Namun, kolektif Anonymous memiliki rekam jejak dalam melakukan kegiatan semacam ini dan itu sangat sesuai dengan kemampuan mereka."
Target kelompok ini dulu termasuk CIA, Gereja Scientology dan Negara Islam. Mereka mulai kembali aktif setelah pembunuhan George Floyd. Seorang mantan anggota Anonymous menggambarkan prinsip panduannya sebagai "anti-penindasan".
Russia Today (RT) secara terbuka mengaitkan masalah situs webnya dengan Anonymous. Media pemerintah Rusia itu mengklaim serangan berasal dari AS setelah mereka menerbitkan "deklarasi perangnya".
Seorang juru bicara RT mengatakan, setelah pernyataan oleh Anonymous, situs web RT menjadi subjek serangan DDoS besar-besaran dari sekitar 100 juta perangkat, sebagian besar berbasis di AS.
(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Awas Perang Siber Global Gegara Rusia vs Ukraina