
Bos Perbanas Bicara Soal 'Kiamat' ATM, Kapan?

Jakarta, CNBC Indonesia - Melesatnya pembayaran digital telah membuat salah satu layanan perbankan seperti mesin anjungan tunai mandiri (ATM) terancam. Bank pun dipaksa untuk berpikir tentang masa depan penggunaan ATM?
Ketua Perhimpunan Bank Nasinal (Perbanas) Kartika Wirjoatmodjo mengatakan dalam beberapa tahun terakhir transaksi pembayaran digital di Indonesia tumbuh pesat. Antara 2015-2019, kecepatan adopsi pembayaran digital terjadi dalam tahap menengah, namun dalam dua tahun terakhir penggunaan pembayaran digital tumbuh signifikan.
"Tantangan bank sekarang adalah bagaimana mempensiunkan model lama contohnya ATM. Bagaimana dengan masa depan ATM, apakah masih relevan?akankah dihapus ketika tidak ada lagi transaksi transaksi tunai area publik?" ujar Kartika dalam Kartika dalam 'side event' G20 Indonesia "Casual Talks on Digital Payment Innovation", Senin (14/2/2022).
Katika menambahkan dalam pesatnya penggunaan pembayaran digital, perlu juga diperhatikan bisnis acquiring perbankan (kerja dengan dengan pedagang dalam memproses data alat Pembayaran Menggunakan Kartu yang diterbitkan oleh pihak lain) sebab hampir semua bank memiliki bisnis acquaring dengan menggunakan POS (point of sales) dan EDC (electronic data capture). Pertanyaannya apakah hal ini tetap menjadi keunggulan kompetitif atau ini menjadi komoditas.
"Konsumen sekarang yang paling diuntungkan dari perubahan ini karena 5 tahun lalu ada tiga jenis pembayaran, melalui transfer, kartu debit atau kartu kredit. Sekarang ada cara lain menggunakan dompet digital, aplikasi digital dan lainnya. Jadi bagi pengguna bisa memilih mana yang paling murah dan paling mudah digunakan dalam bertransaksi. Segmen yang berbeda memiliki preferensi berbeda," terangnya.
Informasi saja berdasarkan data Bank Indonesia jumlah ATM perbankan mulai menyusut. Pada 2017 terdapat 106.653 ATM, pada 2018 jumlahnya menjadi 106.901 ATM. Pada 2019 jumlahnya mulai menyusut menjadi 106.649 ATM, pada 2020 menjadi 104.654 ATM dan pada menjadi 99.969 ATM.
Sebelumnya Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memaparkan transaksi ekonomi dan keuangan digital terus berkembang pesat seiring meningkatnya akseptasi dan preferensi masyarakat.
"[terutama] dalam berbelanja daring, perluasan dan kemudahan sistem pembayaran digital serta akselerasi digital banking," kata Perry, dalam konferensi pers pekan lalu.
Data bank sentral per Januari 2022, nilai transaksi uang elektronik tumbuh 66,65% secara tahunan mencapai Rp 34,6 triliun. Sementara itu, nilai transaksi digital banking meningkat 62,82% secara tahunan menjadi 4.314,3 triliun.
Merujuk pada data bank sentral, nilai transaksi pembayaran menggunakan ATM, kartu debet dan kartu kredit memang masih mengalami pertumbuhan, namun tidak sebesar transaksi digital.
"[Transaksi pembayaran menggunakan kartu ATM, debet dan kredit] tumbuh 14,39% yoy menjadi Rp 711,2 triliun," jelasnya.
Selain itu, BI juga mencatat bahwa transaksi melalui QRIS terus meningkat sejalan dengan akseptasi masyarakat baik secara nominal maupun volume masing-masing 290% yoy dan 326% yoy.
"Bank Indonesia terus mendorong inovasi sistem pembayaran serta menjaga kelancaran dan keandalan sistem pembayaran," kata Perry.
(npb/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Siap-siap! 'Kiamat' ATM Semakin Dekat, Ini Fakta Terbaru