NeoCov Bukan Varian Baru Covid-19, Ini Sederet Faktanya

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
02 February 2022 07:35
Lagi Peneliti Temukan Virus Baru
Foto: CNBC Indonesia TV

Jakarta, CNBC Indonesia - Belum usai penderitaan masyarakat dunia karena Covid-19, ditemukan virus baru bernama Neoromicia Capensis atau NeoCov. Temuan oleh peneliti China ini berasal dari kelelawar Afrika Selatan dan disebut mudah menular dan berisiko kematian.

Namun kabarnya NeoCov bukanlah bagian dari Covid-19 dan juga bukan varian terbaru. Berikut beberapa fakta soal virus tersebut:

Bukan Varian Baru Covid-19

Berasal dari laporan jurnal BioRxiv, peneliti Universitas Wuhan dan Institut Biofisika Akademi Ilmu Pengetahuan China menyebut virus ini bukan varian baru corona. Bahkan NeoCov disebut sudah ada sejak lama.

NeoCov dikatakan berhubungan dengan wabah MERS-CoV tahun 2012 dan 2015. Dilaporkan juga mirip seperti SARS-CoV-2. "MERS-CoV telah diidentifikasi di beberapa negara di Timur Tengah, Afrika dan Asia Selatan," kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dikutip dari Independent.

Sudah Menyebar

Menurut WHO, 35% pasien terinfeksi MERS-Cov sudah meninggal. Namun ada kemungkinan kasus bawaan terlewat oleh sistem pengawasan yang ada. "Secara total, 27 negara telah melaporkan kasus sejak 2012, menyebabkan 858 kematian yang diketahui karena infeksi dan komplikasi terkait," kata WHO.

Virus dilaporkan bisa membunuh 1 dari 3 orang yang terinfeksi. WHO juga menambahkan NeoCov butuh penelitian lebih lanjut.

Masih Perlu Penelitian Lanjutan

Pada penelitian terbaru, ilmuwan di Wuhan mengingatkan NeoCov bisa menyebabkan masalah jika ditransfer dari kelelawar ke manusia.

Virus ini nampaknya tidak dinetralisir oleh antibodi manusia yang ditargetkan untuk virus Covid-19 atau MERS-Cov. Namun hingga sekarang belum ada bukti atau indikasi seberapa menular atau fatalnya NeoCov.

"Kita perlu melihat lebih banyak data yang mengonfirmasi infeksi pada manusia dan tingkat keparahan yang terkait sebelum menjadi cemas," kata Profesor Lawrence Young, ahli virus di Universitas Warwick.

"(Studi) awal menunjukkan bahwa infeksi sel manusia dengan NeoCoV sangat tidak efisien. Apa yang disoroti ini, bagaimanapun, adalah perlunya waspada tentang penyebaran infeksi virus corona dari hewan (terutama kelelawar) ke manusia. Ini adalah pelajaran penting yang perlu kita pelajari yang membutuhkan integrasi yang lebih baik dari penelitian penyakit menular pada manusia dan hewan".


(npb/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kuman 'Mematikan' Membunuh 1,2 Juta Manusia di Tahun 2019

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular