Kuman 'Mematikan' Membunuh 1,2 Juta Manusia di Tahun 2019

Lalu Rahadian, CNBC Indonesia
22 January 2022 11:00
INFOGRAFIS, Daftar Negara Yang Terjangkit Virus Corona
Ilustrasi

Jakarta, CNBC Indonesia - Tanpa disadari, pada 2019 lalu ada sejumlah jenis kuman yang resisten terhadap antibiotik yang sudah membunuh 1,2 juta manusia di bumi. Kuman-kuman super ini merupakan satu dari beberapa jenis penyakit mematikan yang pernah ada di dunia.

Berdasarkan artikel penelitian yang dipublikasikan The Lancet, kuman mematikan yang dimaksud masuk kategori Antimicrobal Resistance (AMR). Data jumlah kematian akibat AMR didapat tim peneliti dari 204 negara berdasarkan tinjauan literatur, laporan rumah sakit, dan sumber-sumber terpercaya lain.

"berdasarkan model statistik kami, diperkirakan ada 4,95 juta kasus kematian yang terkait dengan bakteri AMR di 2019, termasuk 1,27 juta di antaranya disebabkan langsung oleh kuman tersebut," tulis laporan The Lancet, dikutip Sabtu (22/1/2022).

Studi tersebut menunjukkan, tingkat rata-rata kematian tertinggi akibat kuman kuat tersebut terjadi di Benua Afrika. Rata-rata kematian akibat AMR di kawasan Afrika Sub-Sahara Barat mencapai 27 per 100 ribu orang. Sementara tingkat kematian akibat AMR terendah ada di kawasan Australasia yaitu 6,5 per 100 ribu.

Mengutip Los Angeles Times, beberapa tahun lalu WHO sempat memprediksi bahwa jumlah kematian akibat keberadaan kuman super di dunia mencapai 700 ribu per tahun. Kuman yang resisten terhadap antibiotik muncul saat bakteri atau jamur tertentu memperoleh kekuatan untuk melawan obat yang dirancang untuk membunuhnya.

Hasil studi terkait AMR ini membuktikan bahwa kuman resisten membawa ancaman nyata bagi manusia. Bahkan, tingkat kematian akibat kuman resisten ini sudah lebih tinggi dibanding apa yang disebabkan HIV dan malaria.

"Kami sebelumnya memperkirakan ada 10 juta kematian per tahun yang akan terjadi akibat resistensi kuman pada 2050 mendatang. Tapi kami sekarang yakin bahwa prediksi tersebut tampaknya datang lebih cepat dibanding estimasi awal," kata salah satu rekan penulis penelitian Christopher Murray dan University of Washington.


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Para Ahli Pusing, Ternyata Ada Orang Tak Pernah Kena Covid-19

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular