
Alert! Negara Ini Terancam Gelap Gulita Gegara Uang Kripto

Jakarta, CNBC Indonesia - Ancaman menjadi gelap gulita sedang dialami Kazakhstan. Sebab beban energi berlebih dirasakan negara itu karena adanya penambang cryptocurrency.
Permintaan listrik Kazakhstan mengalami kenaikan signifikan. Laporan Financial Times menyebutkan sejak awal tahun kenaikannya mencapai 8%.
Kenaikan itu jauh melampaui angka sebelumnya, yakni 1-2% per tahunnya, seperti dikutip dari The Verge, Kamis (30/12/2021).
Dikabarkan penambang kripto dari China melakukan migrasi ke Kazakhstan. Ini karena pemerintah China mengambil tindakan keras pada aktivitas penambangan dan yang terkait kripto sejak beberapa waktu lalu.
Pemerintah China menilai kegiatan tersebut membuat konsumsi listrik menjadi besar serta menghasilkan emisi karbon tinggi.
Financial Times menyebut 87.849 rig penambangan padat daya berpindah dari China ke Kazakhstan. Sementara menurut data dari Universitas Cambridge, negara itu jadi tempat penambangan populer kedua terpopuler setelah Amerika Serikat (AS).
Tiga pembangkit listrik batu bara vital di Kazakhstan disebutkan telah ditutup pada bulan lalu.
Sehubungan dengan pemadaman, Coindesk melaporkan Kementerian Energi akan membatasi penambangan baru yang menggunakan lebih dari 100 megawatt (MW) selama dua tahun. Namun kebijakan akhirnya dibatalkan dan tidak berlaku untuk penambang yang sah.
Menurut Financial Times, perusahaan pengoperasian jaringan listrik Kazakhstan (KEGOC) memperingatkan akan menjatah daya hanya untuk 50 penambang terdaftar pemerintah.
Krisis listrik dikaitkan dengan penambang abu-abu atau dikenal sebagai penambang ilegal. Menurut para ahli, penambang jenis ini menggunakan listrik mencapai 1.200 megawatt.
Kazakhstan memberlakukan sejumlah aturan untuk mengatasi masalah ini. Misalnya penambang sah harus membayar sebagai cara membedakannya dengan penambang ilegal dan mengurangi beban listrik. Mereka harus membayar 1 tenge Kazakhstan per kWh.
Wilayah paling terpukul karena masalah ini adalah bagian selatan negara itu, ungkap Coindesk. Sebab daerah itu kekurangan pembangkit listrik serta jaringan utama beberapa kali kesulitan menyalurkan listrik ke sana.
Sejumlah negara juga disebut bernasib sama. Misalnya Iran, yang akhirnya melarang penambangan selama empat bulan pada Mei lalu dan Texas yang jadi tempat tujuan penambang sebab biaya listrik yang murah serta peraturan longgar.
(npb/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Habis Rp 222 T Beli GPU, Penambang Kripto Terancam Nganggur