
Saat Bisnis HP 'Tersandera' Kelangkaan Komponen & Harga Naik

Jakarta, CNBC Indonesia - Tahun 2021 bukan waktu yang mudah bagi perusahaan teknologi dunia. Sebab tahun ini menandakan masalah krisis komponen dan chipset di global, bahkan membuat beberapa raksasa teknologi harus kena dampaknya.
Lockdown di China akibat pandemi Covid-19 beberapa waktu lalu membuat banyak industri tutup termasuk pabrik semikonduktor. Ini mengawali masalah kekurangan komponen dan langkanya chip.
Masalah ini makin bertambah berat, karena aktivitas masyarakat dipindahkan ke rumah dan membuat meningkatkan ketergantungan perangkat elektronik sehingga permintaan pun bertambah.
Ini membuat stok chip di banyak gudang produsen habis dan ada juga yang berusaha menimbun chip untuk produknya sendiri.
Kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) sebelumnya Donald Trump juga menambah panjang masalah kekurangan pasokan ini. Sebab pemerintah AS melarang teknologi dalam negerinya dijual ke perusahaan China. Ini membuat produsen chip terbesar dunia asal China, SMIC terdampak.
Salah satu yang terdampak adalah industri smartphone. Pihak Samsung buka suara soal hal ini dan berkata jika kekurangan pasokan akan berdampak pada sektor teknologi lain.
"Ada ketidakseimbangan yang serius dalam pasokan dan permintaan chip di sektor TI secara global. Sulit untuk mengatakan masalah kekurangan telah diselesaikan 100%," kata Koh Dong-jin, co-chief executive yang mengepalai unit bisnis seluler Samsung, pada pertemuan pemegang saham bulan Maret lalu.
Saat itu Samsung mengatakan pengecoran chip di Austin belum kembali berproduksi. "Saat ini kami sedang berupaya untuk melanjutkan operasi secepat mungkin, prosesnya mungkin memerlukan lebih banyak waktu untuk mencapai tingkat normal saat kami memeriksa dan mengkonfigurasi ulang fasilitas tersebut," kata pihak Samsung.
Peringatan Koh Dong-Jin itu jadi kenyataan saat industri otomotif juga terpukul atas masalah ini. Maret lalu, Honda dan Volkswagen mengatakan masalah chip menghambat operasional masing-masing perusahaan khususnya di AS.
Honda menghentikan sementara produksinya di wilayah Amerika Utara. Bukan hanya kelangkaan chip, perusahaan juga menghadapi permasalahan di rantai pasokan karena Covid-19 hingga musim dingin. Ini berdampak pada pabrik di Ohio, Ontario, dan diprediksi saat itu hingga Kanada.
Serupa, CEO Volkswagen, Herbert Diess mengaku sejumlah model produknya kemungkinan dibatasi. Bahkan pada paruh kedua, dia sudah memprediksi perusahaannya sulit bangkit kembali.
Gempa di Jepang juga menambah masalah bagi Volkswagen kala itu. "Ini benar-benar kombinasi faktor yang membatasi pasokan semikonduktor. Kami berharap dapat mengatasi situasi ini," jelasnya.
HP Langka dan Makin Mahal
Masalah chip ini berpengaruh pada pasokan HP terbaru dari raksasa teknologi dunia. Sebut saja Apple yang pernah memprediksi ponsel anyarnya, iPhone 13 bakal langka hingga Februari 2022 mendatang ungkap CEO Tim Cook.
Sebenarnya Apple sedikit beruntung karena perusahaan merancang chip sendiri. Namun dampaknya ada pada legacy node, yaitu chip standar industri yang jadi vital seperti driver.
Melansir 9to5Mac November lalu, menurut Tim Cook, masalah pasokan merugikan Apple mencapai US$6 miliar pada kuartal terakhir.
Harga HP pun naik karena masalah ini. Pada Maret 2021 lalu, President Xiaomi Corp Wang Xiang, mengatakan kenaikan harga bisa terjadi meskipun pihaknya mengupayakan untuk mengoptimalkan biaya hardware.
"Sejujurnya kami akan melakukan yang terbaik untuk menawarkan harga terbaik yang kami bisa berikan kepada konsumen. Namun terkadang, kami mungkin harus meneruskan sebagian dari kenaikan biaya kepada konsumen dalam kasus berbeda," katanya dikutip Reuters.
Berikutnya pada Oktober, Xiaomi mengumumkan beberapa model ponselnya naik harga di Indonesia. Kenaikan tersebut diumumkan pada akun Instagram resmi perusahaan.
Harga naik sebesar Rp 100 ribu, berlaku pada Redmi 9A, Redmi 9C, Redmi Note 10 5G, dan Poco M3 Pro 5G.
Kenaikan harga juga telah diprediksi Direktur Riset Forrester Research GlenĀ O'Donnell. Menurutnya kemungkinan kenaikan lebih dari 10% di akhir tahun 2021 dan lebih tinggi lagi pada 2022, dikutip Straits Times.
(npb/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Bahagia Bagi Kamu yang Mendambakan iPhone 13
