Internasional

Gempa Dahsyat Taiwan Bawa Bencana Baru, HP-Laptop Bisa "Kiamat"

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
08 April 2024 09:13
FILE PHOTO: A logo of Taiwan Semiconductor Manufacturing Co (TSMC) is seen at its headquarters in Hsinchu, Taiwan October 5, 2017.  REUTERS/Eason Lam/File Photo                       GLOBAL BUSINESS WEEK AHEAD
Foto: REUTERS/Eason Lam

Jakarta, CNBC Indonesia - Gempa dahsyat dengan magnitudo 7,4 di Taiwan pekan lalu membawa masalah baru bagi global. Industri elektronik yang mengandalkan bahan baku berupa semikonduktor terkena dampak.

Perusahaan pembuat chip terbesar dunia, Taiwan Semiconductor Manufacturing Company atau TSMC menghadapi permasalahan produksi akibat beberapa fasilitas produksinya terdampak gempa. Meskipun, menyatakan stafnya aman dan telah kembali ke tempat kerja.

"Sejumlah kecil alat rusak di beberapa pabrik, sebagian berdampak pada operasional produksi. Namun tidak ada kerusakan pada alat-alat krusial kami," kata manajemen TSMC sebagaimana dilansir CNN International dikutip Senin (8/4/2024).

TSMC memproduksi sekitar 90% chip semikonduktor paling canggih di dunia. Chip buatan TSMC digunakan berbagai raksasa teknologi seperti Apple, Qualcomm, Nvidia, dan AMD, bahkan digunakan untuk sektor produk kecerdasan buatan atau Artificial intelligence (AI).

Karena signifikansinya itu, sejumlah pakar menganggap, aktivitas produksi chip TSMC yang terdampak gempa di Taiwan akan memengaruhi pasokan semikonduktor dalam jangka pendek. Hal ini pun menurut analis memperkuat pentingnya mendiversifikasi pabrik chip di tempat lain di luar pulau seperti Taiwan yang rentan terkena gempa.

"Saya percaya ini adalah ancaman eksistensial," kata Profesor dan Direktur Institute for Data Science di New Jersey Institute of Technology, David Bader, merujuk pada pentingnya tak mengkonsentrasikan pabrik pembuat chip di Taiwan.

"Seluruh dunia sekarang bekerja dengan memanfaatkan perangkat semikonduktor yang menggerakkan berbagai hal. Mulai dari kita berkendara dengan mobil, ponsel, alat pertahanan militer, senjata, maskapai penerbangan, semua menggunakan chip," ucap Bader lagi.

"Jika produksi terhenti sesaat saja, ini akan sangat menghancurkan," tegasnya.

Meski begitu, TSMC meyakinkan kepada publik bahwa mereka telah memperkuat sistem perlindungan gempa, setelah gempa besar mengguncang Taiwan pada 1999. Mereka pun mengklaim bahwa efek dari gempa 2024 telah tertangan dengan 70 alat produksi di pabrik telah ditemukan dalam jangka waktu 10 jam setelah gempa berlangsung.

"Tapi jalur produksi tertentu di sejumlah daerah yang mengalami dampak seismik lebih besar diperkirakan akan membutuhkan lebih banyak waktu untuk penyesuaian dan kalibrasi, sebelum akhirnya bisa kembali produksi secara otomatis," ucap Manajemen TSMC.

Terhentinya mesin-mesin produksi TSMC berpotensi menekan pendapatan pada kuartal II senilai US$ 60 juta (Rp 953 miliar). Implikasi dari perlu waktu panjang untuk kembali memulihkan mesin produksi chip setelah terhenti dalam waktu seharian.

Amerika Serikat (AS) sendiri sebetulnya telah berupaya mendiversifikasi rantai pasok industri manufaktur semikonduktor, setelah hadirnya Undang-Undang CHIPS dan Science pada 2022 silam. Mereka investasi lebih dari US$ 200 miliar selama lima tahun ke depan.

Namun, UU itu belum mampu menggeliatkan daya tarik bagi para investor untuk membangun pabrik-pabrik semikonduktor canggih ke AS, termasuk TSMC. Sebab, mereka menganggap biaya pembangunan pabrik akan sangat besar dan tenaga kerja terampil sangat dibutuhkan untuk mengoperasionalkan fasilitas pabrik.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ambisi Jadi Raja Chip Dunia, Korea Siap Gelontorkan Rp 111 T Bangun AI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular