Ini Beda Omicron dengan Varian Covid yang Pernah Ada

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
Selasa, 30/11/2021 10:30 WIB
Foto: Otoritas Belanda mendeteksi 13 kasus positif virus Corona (COVID-19) varian Omicron dari dua penerbangan asal Afrika Selatan (Afsel). (REUTERS/EVA PLEVIER)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dunia dikagetkan dengan kehadiran Covid-19 varian baru yang bernama Omicron. Kabarnya, varian ini berbeda dengan varian yang sudah ada sebelumnya.

Omicron, yang sudah jadi Variant of Concern oleh WHO, dilaporkan memiliki strain atau mutasi yang banyak. Jumlahnya lebih dari varian lain yakni Alpha, Beta hingga Delta yang masih mendominasi saat ini.

Ilmuwan genom Afrika Selatan mengatakan Omicron punya mutasi yang luar biasa tinggi, dengan lebih dari 30 protein lonjakan kunci. Ini adalah struktur yang digunakan virus untuk masuk pada sel.


Dengan fakta ini, para ilmuwan khawatir membuat varian baru tersebut bisa lebih menular. Bahkan menghindari kekebalan yang ada.

Fakta lainnya adalah strain Omicron menjadi lebih dominan dengan sangat cepat. Ini agak berbeda dengan varian lain yang membutuhkan waktu berbulan-bulan.

"Yang ini menjadi dominan dengan sangat cepat di Afrika Selatan di wilayah di mana ia ditemukan. Dalam hitungan hari hingga minggu dibandingkan dengan bulan," kata Dr. Ashish Jha, dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Brown.

"Sekarang, jumlah kasus di Afrika Selatan cukup rendah, jadi bisa juga karena alasan lain, bukan hanya karena lebih mudah menular. Tetapi kecepatannya benar-benar tidak seperti yang pernah kita lihat sebelumnya."

Sementara itu, pejabat WHO mengatakan bukti awal Omicron menimbulkan risiko infeksi ulang yang lebih tinggi dibandingkan dengan varian yang masuk dalam VoC sebelumnya.

Dr. Anthony Fauci, direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular mengatakan para ilmuwan sedang mencari tahu soal varian tersebut. Termasuk apakah bisa menghindari kekebalan, dikutip dari CNN Internasional, Selasa (30/11/2021).

Sebagai informasi, Omicron diidentifikasi pertama kali di Afrika Selatan. WHO mengatakan spesimen pada kasus pertama ini dikumpulkan 9 November lalu dan jumlah kasusnya nampaknya meningkat untuk hampir di setiap provinsi.

Berikutnya varian ternyata ditemukan juga di negara lain yakni Bostwana, Hong Kong hingga Belgia.


(npb/roy)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Digitalisasi Bank Cs Kian Masif , Bisnis Solusi IT Laris Manis