Ridwan Kamil Dukung Token Kripto NFT, Halal atau Haram?

Tech - Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
26 November 2021 06:45
David Hanson, left, creator of Sophia, shows a work of Sophia at his studio in Hong Kong on March 29, 2021. Sophia is a robot of many talents — she speaks, jokes, sings and even makes art. In March, she caused a stir in the art world when a digital work she created as part of a collaboration was sold at an auction for $688,888 in the form of a non-fungible token (NFT).WLD(AP Photo/Vincent Yu) Foto: Robot Sophia (AP/Vincent Yu)

Jakarta, CNBC Indonesia - Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil mendukung token kripto Non-fungible Token (NFT). Lalu bagaimana pandangannya soal fatwa haram MUI?

Sebagai informasi, Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada pertengahan bulan ini mengharamkan cryptocurrency atau uang kripto sebagai mata uang.

Dia menjelaskan telah mempelajari fatwa MUI tersebut. Menurutnya ada pengecualian, yakni jika barangnya jelas dan tidak menggantikan rupiah tidak ada masalah.

"Barang NFT itu jelas, karena dia masuk ke bursa yang bukan negara ya tentu menggunakan mata uang bursa itu. Seperti saham, jual belinya kan poin. Setelah poinnya dicairkan bisa jadi rupiah. Ini juga sama nanti berakhirnya rupiah lagi," jelasnya, Kamis (25/11/2021).

Soal potensi NFT, dia mengatakan tidak bisa memprediksi terlalu jauh. Namun menurutnya ada beberapa jenis kripto yang tidak masuk ke dalam logikanya yang juga termasuk diharamkan MUI, sementara itu NFT berbeda.

"Ada jenis kripto yang enggak masuk ke logika saya, jual beli apa banyak lah namanya tapi berdasarkan asumsi atau gosip itu yang diharamkan MUI. Jadi dari banyak ekosistem kripto, NFT yang kelihatannya memenuhi syarat syariat karena barangnya ada," kata Ridwan Kamil.

"Saya juga sempat diskusi dengan perwakilan BI di Jabar dan selama ujungnya rupiah lagi sebagai kedaulatan negara maka enggak masalah".

Menurutnya NFT bisa jadi cara baru dari kacamata sebagai pemimpin untuk mensejahterakan pelaku ekonomi kreatif yang menjual hasil karyanya di galeri atau jalanan. Dengan cara ini maka akan menaikkan skalanya menjadi global dan anggota yang ada dalam bursa NFT khusus hanya bidang ekonomi kreatif.

Dia menambahkan mengetahui soal NFT saat pameran ICAT di Kemang pada 20 Oktober 2021 lalu. Kuratornya saat itu menjelaskan soal karya yang bisa dijual di NFT kepada Ridwan Kamil.

Menurutnya karena cara menerangkannya rumit, jadi dia mulai mempelajari NFT. Setelah itu menemukan istilah sendiri bernama Bursa Seni Digital.

Ridwan Kamil menceritakan mengajak seorang seniman lukis di Jalan Braga Bandung bernama Solihin. Dia melakukan eksperimen dengan memasukkan salah satu karya Solihin ke marketplace NFT bernama Opensea.

"Nanti kita lihat, kalau berhasil jadi cerita. Inilah ekonomi baru. Karena saya pemimpin yang memproduksi karya kreatif berupa lukisan maka diupload di NFT. Juga anak saya, kenapa, karena dia generasi yang akan paham dan menjadi ekosistem di masa depan," kata Ridwan Kamil.

Dia menambahkan NFT bukan dikurasi dari kualitas. Namun merujuk pada orisinalitas obyek yang dijual.

"Jadi di NFT gak ada kurasi kualitas. Jadi jangan bicara kualitas seni, tapi lebih orisinalitasnya, NFT tidak melihat estetika sebagai harga lebih pada orisinalitasnya," tuturnya.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Token Digital NFT Mulai Menjamur di Indonesia, Ini Buktinya!


(npb/roy)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading