
Bahaya! Jam "Kiamat' Mendekati Titik Kehancuran Bumi

Jakarta, CNBC Indonesia - Jam "Kiamat" atau Doomsday Clock berada di 100 detik menuju tengah malam. Adanya pandemi Covid-19 menjadi penyebab jam tersebut bergerak begitu dekat dengan kehancuran Bumi.
Seperti diketahui, pandemi Covid-19 telah merenggut nyawa lebih dari 4,5 juta orang di dunia, dan membuat sistem kesehatan dunia lumpuh. Hingga kini, total kasus Covid-19 mencapai 244,08 juta kasus di seluruh dunia.
Meski bernama Doomsday Clock, jam ini tidak ada kaitannya dengan kiamat akhir zaman. Jam ini menjadi pengingat aksi manusia yang merusak bumi dan membuat kehancuran.
Bulletin of the Atomic Scientist (BAS) menyebutkan bahwa pergerakan tersebut terjadi karena lambannya respons para pemimpin dunia atas Covid-19.
"Pandemi mengungkapkan betapa tidak siap dan tidak maunya negara-negara serta sistem internasional menangani keadaan darurat global dengan benar," kata para ilmuwan itu, dikutip ABCnews, Jumat (22/10/2021).
"Dalam masa krisis yang sebenarnya itu, para pemerintah terlalu sering melepaskan tanggung jawab, mengabaikan nasihat ilmuwan, tidak bekerja sama atau berkomunikasi secara efektif dan akibatnya gagal untuk melindungi kesehatan serta kesejahteraan warganya," lanjutnya.
Perlu diketahui, Doomsday Clock pertama kali dibuat pada 1947 oleh BAS yang didirikan oleh Albert Einstein dan mahasiswa Universitas Chicago. Saat itu, jam diatur tujuh menit sebelum tengah malam.
Seiring berjalan waktu, jam itu beberapa kali mendekat ataupun menjauh dari tengah malam atau "kiamat". Jam paling lama adalah 17 menit dari tengah malam pada 1991.
Ketika Itu, Presiden Amerika Serikat (AS) George Bush dan Presiden Uni Soviet Mikhail Gorbachev mengumumkan pengurangan persenjataan nuklir di masing-masing negara.
Ada banyak masalah di dunia ini yang menjadi perhitungan Doomsday Clock. Misalnya, bahaya nuklir dan perubahan iklim, serta disinformasi dunia maya serta teori konspirasi yang bisa membuat perang nuklir.
"Ancaman eksistensial senjata nuklir dan perubahan iklim telah meningkat beberapa tahun terakhir karena pengganda ancaman; korupsi terus menerus dari ekosfer informasi di mana pembuat keputusan publik bergantung," paparnya.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jelang Akhir Tahun 2021, Jam 'Kiamat' Bergerak Lambat
