Komet Raksasa Ini Dekati Matahari, Bagaimana Nasib Bumi?

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
04 October 2021 09:40
This illustration from NASA shows the Parker Solar Probe spacecraft approaching the sun. Launched in August 2018, the spacecraft will get a gravity assist Wednesday, Oct. 3, 2018, as it passes within 1,500 miles of Venus. The flyby is the first of seven that will draw Parker ever closer to the sun. (Steve Gribben/Johns Hopkins APL/NASA via AP)
Foto: Ilustrasi dari NASA menunjukkan pesawat ruang angkasa Parker Solar Probe mendekati matahari. (Steve Gribben/Johns Hopkins APL/NASA via AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah penelitian menemukan komet terbesar sedang menuju Matahari dan berada pada jarak dekatnya sekitar 10 tahun. Bagaimana nasib Bumi?

Komet bernama Bernardinelli-Bernstein memiliki diameter sekitar 95 mil atau sekitar 152 ribu meter. Obyek tersebut teridentifikasi menggunakan data Dark Energy Survey dan sejak ditemukan para peneliti melakukan penelitian data untuk mempelajari lebih lanjut mengenai komet itu.

Komet tersebut saat ini terpantau menuju awan Oort, sekelompok benda es yang berada jauh di luar orbit Pluto. Ditemukan jika Bernardinelli-Bernstein memiliki obyek yang memanjang.

Berdasarkan makalah terbaru, komet itu akan mencapai perihelion atau titik terdekat dengan Matahari pada 2031. Jarak terdekatnya dengan Matahari adalah 11 AU (1 AU setara dengan jarak antara Matahari dan Bumi), dikutip dari Digital Trends, Senin (4/10/2021).

Dengan jarak itu menempatkannya berada di luar orbit Saturnus. Artinya komet raksasa itu tidak akan dekat dengan orbit Bumi.

"Kami menemukan hak istimewa untuk menemukan mungkin komet terbesar yang pernah dilihat, atau lebih besar dari yang dipelajari, dan menangkap cukup awal untuk orang-orang melihatya berevolusi saat mendekat dan memanas," kata penemu komet, Gary Bernstein.

Dia menambahkan jika komet tersebut sangat jarang berkunjung ke Tata Surya. "Itu belum mengunjungi Tata Surya lebih dari 3 juta tahun".

Dengan ini, para ilmuwan berkesempatan mempelajari komet dari dekat. Misalnya menggunakan alat seperti Observatorium Ver C. Rubin.

Observatorium itu akan melakukan survei langit sebagai cara mengidentifikasi banyak komet. Kemungkinan dengan yang berukuran jauh lebih kecil dari komet Bernardinelli-Bernstein.

Alat itu juga memiliki kemampuan melakukan pelacakan saat komet mendekat. Ini dapat membantu peneliti mempelajari lebih lanjut mengenai obyek dari awan Oort dan apa yang tersimpan mengenai awal tata surya.


(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Merinding! NASA Prediksi Ada Sesuatu yang 'Telan' Bumi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular