Gejala-gejala Long Covid-19, Apa Saja?

Rahajeng KH, CNBC Indonesia
30 September 2021 18:20
Perawatan pasien di tenda darurat Instalasi Gawat Darurat (IGD) , RSUD tipe B Chasbullah Abdulmadjid, Kota Bekasi, Rabu (23/6/2021).  (CNBC INDONESIA/ANDREAN KRISTIANTO)
Foto: Perawatan pasien di tenda darurat Instalasi Gawat Darurat (IGD) , RSUD tipe B Chasbullah Abdulmadjid, Kota Bekasi, Rabu (23/6/2021). (CNBC INDONESIA/ANDREAN KRISTIANTO)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua POKJA Infeksi Perhimpunan Dokter Paru Indonesia dr. Erlina Burhan mengungkapkan seseorang bisa mengalami long Covid-19 ketika mengalami kondisi berat, bahkan berpotensi harus dilakukan perawatan ulang. Long Covid-19 bisa terjadi dengan durasi yang berbeda untuk setiap orang, namun ada pula yang harus mengalaminya hinga 6 bulan setelah sembuh dari infeksi.

"Penyintas yang sudah sembuh tapi masih mengalami gejala sisa, kadang batuk, sesak, dan gejalanya tidak selalu ringan, sebanyak 5% dari orang yang mengalami long Covid-19 ada kemungkinan menjadi semakin progresif dan menjadi berat, bahkan perlu perawatan ulang," kata Erlina, Kamis (30/9/2021).

Menurutnya lebih dari 50% pasien long Covid-19 yang dia tangani mengalami kelelahan, terutama setelah dinyatakan sembuh. Bahkan banyak dari rasa kelelahan ini yang mengganggu aktivitas sehari-hari.

Adapula yang mengalami badai sitokin, sehingga menyebabkan terjadinya kerusakan pada organ lain. Namun ada juga yang kembali normal setelah mengalami long Covid-19, dan berbeda bagi setiap orang. Erlina menambahkan biasanya long Covid-19 terjadi pada pasien yang mengalami gejala berat dan membutuhkan perawatan intensif.

"Jadi long Covid masing-masing durasinya berbeda, ada yang 4-12 minggu ada yang sampai 6 bulan mengalami gejala sisa. Namun sebagian besar akan menjadi reversible dan kembali seperti sebelumnya, biasanya gejala long Covid-19 terjadi pada pasien bergejala berat," pungkasnya.

Dia menegaskan secara jangka panjang pandemi Covid-19 harus bisa diatasi, atau bisa mengganggu ketahanan nasional. Kondisi terkini yang melandai menurutnya bisa dipertahankan asalkan masyarakat tetap menjalankan protokol kesehatan, dan upaya pembatasan mobilitas dari pemerintah.

Erlina mengingatkan kondisi pandemi ini sangat dinamis, dengan pengetahuan yang terbatas dan selalu ada perubahan untuk menyesuaikan. Yang paling utama menurutnya adalah pencegahan dengan protokol kesehatan, jika nantinya kasus semakin berkurang maka ada potensi masyarakat tidak perlu lagi memakai masker.

"Selalu ada perubahan, dulu kita katakan yang pakai masker hanya yang sakit, tapi kemudian diketahui 70% yang terinfeksi Covid-19 tanpa gejala makanya secara general semua orang pake masker. Pertama tugas kita pencegahan, kalau kasus sudah di bawah 100 baru mungkin bisa lepas masker," pungkasnya.


(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gejala Baru Long Covid-19 Ditemukan, Berkaitan Dengan Mata

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular