
Waspada Badai Sitokin Setelah Negatif Covid, Ini Gejalanya

Jakarta, CNBC Indonesia - Akhir-akhir ini gejala badai sitokin semakin menakutkan masyarakat. Bagaimana tidak, kondisi ini dapat meningkatkan risiko kematian bagi pasien.
Tak hanya menyerang pasien yang masih dinyatakan positif Covid-19, badai sitokin juga bisa terjadi pada orang yang sudah negatif virus corona.Sindrom badai sitokin mengacu pada sekelompok kondisi medis ketika sistem kekebalan memproduksi terlalu banyak sinyal inflamasi, kadang-kadang menyebabkan kegagalan organ dan kematian.
Pada kondisi normal, sitokin akan bergerak menuju jaringan yang terinfeksi, misalnya paru-paru dan bekerja sama dengan sel darah putih untuk melawan virus. Namun, kondisi ini akan berbeda saat badai sitokin terjadi.
Badai sitokin adalah kondisi saat tubuh terus menerus memproduksi sitokin sehingga kerjanya pun tak terkendali. Alih-alih melawan virus, badai sitokin justru menyerang organ atau jaringan.
Padahal virus sudah mati atau tak ada di tubuh. Inilah yang menjadi alasan badai sitokin kerap terjadi saat seseorang dinyatakan sudah sembuh dari Covid-19.
Alhasil, organ pun rusak dan kondisi pasien pun dengan cepat memburuk. Sitokin bisa memicu kematian sel dan organ.
Pada kasus Covid-19, organ yang rusak umumnya adalah paru-paru dan bisa menyebabkan kebocoran paru, pneumonia dan kekurangan oksigen dalam darah. Kondisi ini akan meningkatkan risiko kematian pada orang orang yang terkena badai sitokin.
Lantas apa sajakah gejala badai sitokin yang perlu diwaspadai?
Perlu diketahui, badai sitokin bukanlah suatu penyakit. Namun, ini merupakan kondisi ketika respons imun bekerja secara berlebihan dalam melawan infeksi penyakit, sehingga menyebabkan masalah serius hingga kematian.
Mengutip Very Well Health, ada begitu banyak gejala badai sitokin yang perlu diwaspadai. Gejala badai sitokin bisa terlihat sangat ringan seperti flu, namun dalam beberapa kasus gejalanya dapat berubah menjadi parah hingga menyebabkan kegagalan multiorgan.
-Demam dan kedinginan
-Kelelahan
-Lesu
-Pembengkakan ekstremitas
-Mual dan muntah
-Sakit otot dan sendi
-Sakit kepala
-Ruam
-Batuk
-Sesak napas
-Napas cepat
-Kejang
-Kesulitan mengkoordinasikan gerakan
-Kebingungan dan halusinasi.
Selain itu, badai sitokin juga dapat menyebabkan tekanan darah menjadi sangat rendah dan peningkatan pembekuan darah. Dalam kondisi ini, fungsi jantung bisa menjadi terganggu.
Dampaknya, sejumlah sistem organ akan menjadi ikut terganggu. Ini berpotensi menyebabkan kegagalan multiorgan hingga kematian.
Sementara itu, untuk pengobatan pasien dengan badai sitokin masih dalam penelitian. Biasanya, dokter akan memberikan pengobatan sesuai gejala yang timbul.
Tingkat gejala yang parah sering kali membuat pasien dengan badai sitokin membutuhkan ventilator. Jika pasien mengalami demam, maka akan diobati demamnya, begitu juga jika pasien mengalami kesulitan bernapas, maka akan dipakaikan ventilator.
(sef/sef)
Next Article Mengenal Badai Sitokin, Kondisi Fatal Usai Negatif Corona
