Mengenal Badai Sitokin, Kondisi Fatal Usai Negatif Corona

Lynda Hasibuan, CNBC Indonesia
07 May 2021 09:20
Kondisi Rumah Sakit di India (Tangkapan Layar Youtube CNBC Television)
Foto: Pasien (Tangkapan Layar Youtube CNBC Television)

Jakarta, CNBC Indonesia - Artis cantik Joanna Alexandra baru saja berduka karena kehilangan suami tercinta Raditya Oloan. Ia meninggal dunia pada Kamis (6/5/2021) setelah sempat dirawat secara intensif di ruang ICU.

Sebelum suaminya meninggal, Joanna pun membagikan terkait kondisi Radit yang tengah kritis. Sang suami memiliki komorbid asma dan ginjalnya yang kurang berfungsi dengan baik di akun Instagramnya.

Joanna mengatakan bahwa penyebab utama kondisi Radit menurun adalah salah satunya karena hiperinflmasi yang disebabkan oleh badai sitokin (cytokine storm). Siapa sangka, pria berusia 36 tahun itu sempat mengalami badai sitokin usai negatif dari Covid-19.

Lantas, apa sebenarnya badai sitokin itu dan seberapa bahayanya hingga menyebabkan kematian pada pasien Covid-19?

Ini adalah kondisi respons imun tubuh yang berlebihan, biasanya dipicu oleh infeksi. Sitokin sendiri adalah protein yang mengkomunikasikan sinyal-sinyal tubuh untuk merespons infeksi.

Sejatinya, sistem kekebalan berfungsi untuk membantu kita melawan infeksi. Namun, terkadang sistem imunitas ini memberikan respons yang tidak semestinya dan justru memperparah kondisi penyakit.

Setiap kali tubuh yang sehat melawan infeksi, ada respons sistem kekebalan alami yang terjadi. Menurut Carl Fichtenbaum, MD, profesor di divisi penyakit menular di Fakultas Kedokteran Universitas Cincinnati, bagian dari respons ini melibatkan pelepasan sitokin, yaitu bahan kimia biologis yang merangsang jalur sel dan memungkinkan komunikasi antar sel.

Secara medis, badai sitokin berarti jalur sel yang telah dihidupkan mengarah ke produksi sejumlah mediator biologis (yang merupakan sejenis pemancar sinyal) yang menyebabkan perubahan pada tubuh dan mengganggu fungsi sel normal.

Ini berarti sejumlah besar sitokin yang dilepaskan menciptakan tingkat peradangan tinggi di area tubuh yang sedang mengalami peradangan sehingga bisa berakibat fatal. Badai sitokin ini juga dinilai lebih mematikan daripada virus asli yang sedang bercokol di tubuh.

Adapun pemicu badai sitokin dipicu oleh sejumlah infeksi, termasuk influenza, pneumonia, dan sepsis. Respons imun yang meningkat ini tidak terjadi pada semua pasien dengan infeksi parah, tetapi para ahli tidak tahu apa yang membuat beberapa orang lebih rentan daripada yang lain khususnya pada penderita Covid-19.

Sejauh ini beberapa pasien menjadi sangat sakit dengan cepat karena badai sitokin. Sebagian besar pasien corona dengan badai sitokin mengalami demam dan sesak napas, kemudian menjadi sulit bernapas sehingga akhirnya membutuhkan ventilator.

Kondisi ini biasanya terjadi sekitar enam atau tujuh hari setelah timbulnya penyakit. Tidak hanya itu, badai sitokin juga memiliki kaitan erat dengan penyakit non-infeksi seperti multiple sclerosis dan pankreatitis.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular