Varian Mu Vs Delta, Mana yang Lebih Seram

Tech - yun, CNBC Indonesia
15 September 2021 07:35
Petugas menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) mendata pasien untuk masuk ke dalam bus sekolah di Puskesmas Kecamatan Setiabudi, Jakarta, Selasa (29/6/2021). Puskesmas Kecamatan Setiabudi  pada hari ini menjemput pasien Covid-19 sebanyak 50 orang. Puluhan pasien tersebut dibawa ke Wisma Atlet. Data Covid-19 hingga Senin (28/6/2021) mencatat total ada 2,1 juta orang positif di Indonesia. Sementara itu, total kematian sudah mencapai 57,561 orang. Pemerintah akan mengumumkan revisi aturan terkait pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) berbasis mikro pada petang ini. Presiden Joko Widodo (Jokowi) memutuskan akan memberlakukan PPKM Darurat untuk mengatasi lonjakan kasus Covid-19. Kebijakan ini tidak lepas dari kondisi kasus positif Covid-19 harian di Indonesia sudah mencapai 20 ribuan per hari, semakin naik dibanding sebelumnya. Sementara itu jika merujuk pada data worldmeter, Indonesia berada di urutan ke 17. Adapun jumlah tes yang dilakukan terbilang minim hanya 71.051 per 1 juta penduduk. Jauh dibandingkan negara lain yang mencapai ratusan ribu per 1 juta penduduk. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki) Foto: Penjemputan Pasien Covid-19. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Varian delta telah menyebar ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Belum usai, kini dunia dihadapkan dengan varian baru bernama Mu.

Varian Delta sebelumnya disebut sangat berbahaya atau variant of concern (VOC). Varian ini disebut 40% lebih menular dari varian aslinya. Para ahli juga menyebut varian Delta sebagai biang kerok dari infeksi Covid-19 bagi mereka yang telah divaksin penuh atau dua dosis.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga mengklasifikasikan Varian Mu juga berbahaya. WHO juga memperingatkan varian MU punya potensi kebal akan vaksin Covid-19.

Varian yang satu ini telah tersebar ke 40 negara hingga saat ini. Salah satu negara yang baru saja mengidentifikasi kasus pertama dari varian Mu adalah Jepang.

Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito menyebutkan varian Mu ditemukan pertama kali di Kolombia. Persebarannya sudah mencakup Amerika Selatan dan Eropa.

Varian tersebut juga telah masuk dalam pemantauan, agar bisa ditentukan apakah varian bisa lebih menular dibanding virus aslinya. "Meski sekarang situasi terlihat normal, sekarang pembukaan kegiatan ekonomi sosial telah perlahan dilakukan pemerintah. Di samping itu pemerintah melakukan pengawasan dalam dan luar negeri untuk mencegah adanya imported case," kata Wiku.

WHO bahkan menegaskan, butuh penelitian lebih lanjut memastikan soal apakah virus lebih menular, mematikan atau resisten pada vaksin dan perawatan. WHO juga menyampaikan sebelumnya B1621 tersebut mengandung mutasi genetik yang menunjukkan kekebalan alami.

Adapun vaksin saat ini dan perawatan antibodi monoklonal disebut mungkin tidak bekerja dengan baik, ungkap WHO.

"Mu memiliki konstelasi mutasi yang menunjukkan sifat potensial untuk lolos dari kekebalan," ungkap lembaga itu.

WHO menambahkan, "Data awal yang disajikan kepada Kelompok Kerja Evolusi Virus menunjukkan pengurangan kapasitas netralisasi serum pemulihan dan vaksin yang serupa dengan yang terlihat untuk varian Beta, tetapi ini perlu dikonfirmasi oleh penelitian lebih lanjut."


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Perhatian! Varian Delta Menular Meski Cuma Berpapasan


(yun/yun)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading