
Ini Software Israel yang Dituding Sadap HP Presiden Dunia

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah investigasi oleh 17 organisasi media yang dipimpin grup jurnalistik non profit Forbiden Stories bikin geger. Investigasi tersebut mengungkap ada 50 ribu nomor telepon yang jadi target Pegasus, Spyware buatan perusahaan Israel, NSO Grup.
Software mata-mata itu disebut menargetkan para aktivis, jurnalis hingga pejabat pemerintahan. Beberapa tokoh penting dunia juga ada dalam daftar tersebut. Mulai dari Presiden Prancis Emmanuel Macron, Presiden Irak Barham Salih, Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa hingga pimpinan WHO Tedros Ghebreyesus. Belum bisa dipastikan akan 50.000 nomor ponsel tersebut sudah diretas dan disadap atau belum.
Namun apa sebenarnya Spyware Pegasus dan bagaimana cara kerjanya? Berikut faktanya, dikutip Economic Times, Jumat (22/7/2021).
Pengertian Spyware
Spyware adalah software berbahaya dirancang untuk masuk ke perangkat para target. Lalu data para korban dikumpulkan serta meneruskannya ke pihak ketiga tanpa persetujuan pemilik data.
Economic Times mencatat Pegasus mungkin jadi Spyware paling kuat yang pernah dibuat. Pegasus didesain masuk ke smartphone baik Android dan iOS lalu mengubahnya menjadi ponsel pengawas.
NSO Group mengaku hanya memasarkan alat ini untuk melacak penjahat dan teroris bukan sebagai pengawasan massal. NSO Group juga hanya menjualnya pada pemerintah.
Satu lisensi untuk menginfeksi beberapa smartphone menghabiskan biaya hingga Rp1,3 miliar. Pada daftar harga tahun 2016, pelanggan bisa menyusup ke 10 perangkat dengan harga US$650 ribu (Rp 9,4 miliar) dan ditambah biaya pemasangan US$500 ribu (Rp7,2 miliar).
Cara Kerja Pegasus
Pegasus akan mengeksplorasi bug yang belum ditemukan pada ponsel Android dan iOS. Artinya ponsel bisa terinfeksi meski tambalan keamanan terbaru telah dipasang.
Pada versi sebelumnya dari 2016, smartphone yang terinfeksi menggunakan teknik spear fishing. yakni dengan pesan teks atau email berisi link berbahaya.
Tahun 2019, Pegasus bisa menyusup ke perangkat dengan panggilan tidak terjawab di platform WhatsApp. Bahkan Spyware itu memiliki kemampuan menghapus riwayat panggilan tidak terjawab, jadi korban tidak tahu telah menjadi target.
Pada Mei 2019, WhatsApp menyebutkan Pegasus mengeksploitasi bug dalam kode nya dan menginfeksi lebih dari 1.400 ponsel Android dan iOS. Di dalam target itu ada nomor telepon pejabat pemerintah, jurnalis serta aktivitas hak asasi manusia.
Selain WhatsApp, Pegasus juga bisa menyusup ke iMessage. Spyware dapat dipasang lewat Transceiver nirkabel yakni pemancar dan penerima radio yang berada di dekat korbannya.
Pegasus Mencuri Informasi dari Targetnya
Setelah masuk ke ponsel, Pegasus bisa mencegah dan mencuri informasi termasuk SMS, kontak, riwayat panggilan, kalender, email, dan history pencarian. Spyware itu juga bisa menggunakan mikrofon pada ponsel untuk merkema panggilan dan percakapan lain, menggunakan kamera untuk merekam, dan melacak dengan GPS.
Sejarah Pegasus
Tahun 2016 peneliti di organisasi keamanan siber Kanada The Citizen Lab pertama kali menemukan Pegasus di smartphone Ahmed Mansoor, seorang aktivis hak asasi manusia. Dua tahun kemudian atau September 2018, The Citizen Lab menemukan 25 negara Pegasus ditemukan yang salah satunya adalah India.
Kemudian pada Oktober 2019 WhatsApp mengungkapkan fakta soal target. Disebutkan jurnalis dan hak asasi manusia di India jadi target pengawasan operator yang menggunakan Pegasus.
Kemudian pada Juli 2021, sebuah upaya jurnalis me investigasi internasional mengungkapkan sejumlah pemerintahan menggunakan software itu. Penggunanya dilakukan untuk memata-matai seperti pejabat pemerintah, politis oposisi, jurnalis, dan aktivis.
(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Virus Jahat Israel Targetkan Presiden Prancis Macron?