
Geger Dunia! 3 Presiden, 7 PM, 1 Raja Ditarget Pegasus Israel

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah laporan terbaru soal pergerakan mata-mata Israel menghebohkan dunia. Bagaimana tidak, dalam analisis yang dilakukan kepada 50 ribu nomor telepon secara global, ditemukan fakta bahwa sejumlah pemimpin negara masuk ke dalam daftar 'spyware' Pegasus buatan perusahaan Israel, NSO.
Laporan itu sendiri dibuat oleh lembaga Forbidden Stories dan Amnesty International. Sejumlah media mendapat data lengkap, di antaranya The Washington Post.
Dalam laporannya, tertulis bahwa pemimpin dunia yang dijadikan target terdiri atas tiga presiden, tujuh perdana menteri dan satu raja. Ketiga presiden yang disebutkan adalah Presiden Prancis Emmanuel Macron, Presiden Irak Barham Salih dan Presiden Afrika Selatan (Afsel) Cyril Ramaphosa.
Untuk Perdana Menteri, tercatat tiga perdana menteri (PM) aktif masuk dalam target. Yaitu PM Pakistan Imran Khan, PM Mesir Mostafa Madbouly dan PM Maroko Saad-Eddine El Othmani.
Ketujuh sisanya merupakan mantan PM yang dijadikan incaran pada saat mereka menjabat. Yakni PM Yaman Ahmed Obeid bin Daghr, PM Lebanon Saad Hariri, PM Uganda Ruhakana Rugunda, PM Prancis Edouard Philippe, PM Kazakhstan Bakitzhan Sagintayev, PM Aljazair Noureddine Bedoui, dan PM Belgia Charles Michel.
Untuk raja, mata-mata Israel itu mengincar Raja Maroko, Mohammed VI. Tak hanya pemimpin dunia, figur penting PBB seperti Sekjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pun juga tak luput dari target incaran Pegasus.
Lalu juga ada nomor telepon untuk lebih dari 600 pejabat pemerintah dan politisi dari 34 negara. Mulai dari Afghanistan, Azerbaijan, Bahrain, Bhutan, Cina, Kongo, Mesir, Hongaria, India, Iran, Kazakhstan, Kuwait, Mali, Meksiko, Nepal, Qatar, Rwanda , Arab Saudi, Togo, Turki, Uni Emirat Arab, Inggris, dan Amerika Serikat (AS).
Sementara itu NSO sendiri membantah bahwa pihaknya terlibat dalam aksi ini. Mereka mengaku akan mengadakan investigasi lebih jauh mengenai dugaan ini serta mendalami kemungkinan bahwa Pegasus telah dimanfaatkan oleh pihak-pihak lainnya.
"NSO Group akan terus menyelidiki semua klaim penyalahgunaan yang kredibel dan mengambil tindakan yang tepat berdasarkan hasil investigasi ini," kata pernyataan itu dikutip, Jumat (23/7/2021).
Pengacara NSO juga ikut bersuara mengenai hal ini. Ia menyebut bahwa 50 ribu nomor telepon itu bukanlah nomor-nomor yang berada dalam pengawasan Pegasus.
"Daftar 50.000 nomor yang bocor bukanlah daftar nomor yang dipilih untuk pengawasan menggunakan Pegasus," tulis pengacara NSO, Thomas Clare, kepada mitra Proyek Pegasus.
"Ini adalah daftar nomor yang dapat dicari siapa saja di sistem sumber terbuka untuk alasan selain melakukan pengawasan menggunakan Pegasus. Fakta bahwa sebuah nomor muncul di daftar itu sama sekali tidak menunjukkan apakah nomor itu dipilih untuk pengawasan menggunakan Pegasus."
Pembongkaran aksi penyadapan pemimpin negara sering memicu kontroversi. Mantan kontraktor Badan Keamanan Nasional AS , Edward Snowden, mengungkapkan pada tahun 2013 bahwa Paman Sam juga telah menyadap telepon oleh Kanselir Jerman Angela Merkel dan menyebabkan hubungan antara kedua negara renggang.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Terbongkar! Uang Triliunan Bantuan AS ke Israel Selama Ini
