Fakta Varian Baru Covid-19, Benarkah Menular Saat Berpapasan?
Jakarta, CNBC Indonesia - Di dunia saat ini telah muncul beragam varian virus Covid-19. Mulai dari Alpha, Beta, Gamma, dan Delta yang menjadi penyebab lonjakan kasus di berbagai negara termasuk Indonesia.
Munculnya varian-varian tersebut juga menimbulkan banyak pertanyaan. Termasuk soal efektivitas vaksin yang diberikan atau bahkan soal laju penularan yang lebih tinggi.
Berikut 4 fakta soal varian virus yang menyebar di banyak negara dunia termasuk Indonesia:
Varian yang Ada Saat ini
Ratih Asmana Ningrum dari Pusat Penelitian Bioteknologi menjelaskan ada dua klasifikasi soal varian yaitu Varian of Interest dan Varian of Concern. Kelompok terakhir terbukti memiliki peningkatan penularan dan menimbulkan penyakit yang lebih menular.
"Variant of Concern sudah terbukti peningkatan penularan, penyakit lebih parah dan meningkatkan resiko kematian. Mengurangi efektivitas antibodi, udah kena bisa menginfeksi dan menginfeksi yang sudah vasinasi," jelasnya dalam Webinar Kadin Lawan Pandemi Covid-19, Rabu (14/7/2021).
Sejauh ini sudah ada sejumlah varian masuk dalam Variant of Concern yakni Alpha yang muncul pertama kali di Inggris, Beta di Afrika Selatan, Gamma serta Delta. Sementara ada juga Kappa yang saat ini di kelompok Variant of Interest.
Karakteristik Varian
Ratih menjelaskan varian Alpha ditandai dengan perubahan pada protein spike. Varian ini punya kemampuan meningkatkan transmisi dan cenderung lebih parah dan fatalitas lebih tahan dari terapi treatment dengan antibodi.
Varian Beta juga mengurangi efektivitas terapi monoklonal. H yang juga terjadi pada Gamma dengan kemampuan reduksi antibodi netralisasi dari vaksinasi.
Sementara Delta memiliki karakteristik menjadi efisien berpindah dari satu inang ke inang lain. Selain itu diindikasikan mengurangi kemampuan antibodi untuk menteralisasi virus.
Efektivitas Vaksin
Guru Besar Fakultas Kedokteran UI, Tjandra Yoga Aditama sampai sekarang vaksin yang ada masih bisa mencegah penyakit akibat varian baru. Namun memang ada penurunan efikasi vaksin.
Dia menjelaskan efektivitas vaksin pada varian berdasarkan sejumlah jurnal penelitian. Di Inggris misalnya Pfizer sebelumnya efikasi 94% menjadi ada Delta turun 88%, lalu AstraZeneca turun 70% ke 60%.
Namun hasil ini masih diatas ambang batas bawah WHO efikasi vaksin yakni 50%. "Walaupun turun masih oke, asal dosis dua kali enggak boleh sekali," kata dia.
Pada varian Alpha, turun ke 93% pada Pfizer dan AstraZeneca menjadi 66% keefektivannya.
Sementara itu yang Sinovac, dari laporan WHO ada penelitian cukup besar di Chili pada B1117 (Alpha) dan P1 (Gamma). Hasilnya memang orang yang terpapar masih bisa sakit tapi tidak masuk rumah sakit dan meninggal.
Tapi laporan itu belum menyertakan informasi terkait keefektifan Sinovac terhadap varian Delta.
Berpapasan Bisa Menularkan Virus?
Beberapa waktu lalu, sempat tersebar informasi jika penularan bisa terjadi apabila berpapasan dengan orang yang terinfeksi. Tjandra mengutip dalam sebuah studi mengatakan belum ada bukti 100% soal informasi benar atau tidak.
"Kalimatnya seperti ini ada resiko tapi mungkin rendah dan rendah sekali. Kita tunggu bukti ilmiah lagi yang mungkin dalam waktu 2-3 bulan ada bukti lebih jelas," kata Tjandra.
(roy/roy)