
Diserang Isu End-to-End Encryption, Ini Kata Bos WhatsApp

Jakarta, CNBC Indonesia - WhatsApp harus melalui jalur terjal lagi setelah sejumlah pemerintah menyerang adanya end-to-end encryption di platform itu. Namun Head of WhatsApp, Will Catchart, menyamakannya dengan menaruh kamera video di setiap ruang tamu sebuah negara.
Dia mengatakan, sifat abstrak dari komunikasi digital bisa mengabulkan pelanggaran besar pada kebebasan pribadi.
"Bayangkan ada usulan dari pemerintah untuk memasang kamera di setiap ruang tamu di sebuah negara yang terhubung internet, sehingga pemerintah bisa menyalakannya saat mereka sedang menyelidiki kejahatan," kata dia, dikutip dari The Guardian, Kamis (17/6/2021).
Menurutnya, akan banyak orang yang mundur dan merasa ngeri dengan usulan itu. Sebab mereka adalah orang yang paham betapa buruknya hal itu.
Sebagai informasi, end-to-end encryption merupakan teknologi yang melindungi komunikasi dalam platform. Jadi tidak ada seorang pun, termasuk penyedia layanan pesan singkat itu, yang bisa membacanya.
Baru-baru ini, WhatsApp meluncurkan kampanye mengenai end-to-end encryption. Ini juga bertepatan setelah beberapa bulan banyak pengguna yang protes dengan aturan privasi baru dari WhatsApp.
Bahkan, banyak pengguna migrasi ke platform lain, aplikasi saingan termasuk Telegram dan Signal seperti mendapat durian runtuh. Sebab keduanya menerima jutaan pendaftaran baru.
Will Cathcart menyebutkan reaksi pengguna itu adalah bukti mereka ingin adanya end-to-end encryption di perangkatnya. Mereka khawatir jika WhatsApp mulai membaca pesannya.
"Kami tidak. Privasi percakapan personal orang tidak berubah di pembaruan kami, apalagi end-to-end encryption. Kami pikir sangat penting orang-orang dalam jangka panjang memahami bagaimana privasi pesan pribadi mereka dilindungi," kata Will Catchart.
Salah satu negara yang menekan WhatsApp atas teknologi ini adalah Inggris. Pemerintah setempat memandang end-to-end encryption adalah beban dan tidak masuk akal pada penegakan hukum.
Salah satu alasan pemerintah Inggris adalah perusahaan media sosial, seperti WhatsApp adalah melindungi anak-anak dari pelecehan dalam platform. Selain itu, juga berisiko adanya teroris yang ingin ada kerugian maksimal pada publik.
"Kita harus bekerja sama untuk menemukan cara yang bisa diterima bersama dalam melindungi keselamatan publik tanpa mengorbankan privasi pengguna," kata Menteri Dalam Negeri setempat, Priti Patel.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article WhatsApp Tiba-tiba Kampanyekan Fitur Keamanannya, Kenapa?