
Angin Segar Bitcoin dari Elon Musk, Bisa Beli Tesla Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Elon Musk mulai berubah pikiran. Setelah sempat menutup opsi pembayaran produk Tesla dengan Bitcoin, CEO perusahaan itu kembali mengatakan akan melanjutkan transaksi pembayaran itu.
Menurutnya ini dilakukan setelah adanya penggunaan energi bersih yang dilakukan oleh penambang Bitcoin. Dengan begitu, Tesla kembali mengizinkan adanya transaksi mata uang kripto itu di perusahaannya.
"Ketika ada konfirmasi penggunaan energi bersih yang wajar (50%) oleh para penambang dengan tren masa depan yang positif, Tesla akan kembali mengizinkan transaksi bitcoin," kata Elon Musk dikurip dari CNBC Internasional, Selasa (15/6/2021).
Tesla pertama kali membuka akses pembayaran Bitcoin beberapa waktu lalu. Hal tersebut dilakukan tak lama setelah membeli Bitcoin senilai US$1,5 miliar atau Rp21,2 Triliun.
Namun akhirnya pertengahan Mei pilihan itu ditutup. Sebab ada kekhawatiran dari aktivitas penambangan Bitcoin.
Saat itu dikatakan, penambangan Bitcoin membutuhkan komputer yang kuat. Dampaknya berkontribusi pada perubahan iklim dunia.
"Kami prihatin dengan peningkatan pesat penggunaan bahan bakar fosil untuk penambangan dan transaksi Bitcoin, terutama batu bara, yang memiliki emisi terburuk dari bahan bakar apa pun," ungkap Elon Musk saat itu.
Keputusan bos Tesla membuka kembali opsi pembayaran Bitcoin pada produknya terjadi sebagai reaksi atas komentar CEO manajer aset Sygnia dari Afrika Selatan bernama Magda Wierzycka.
Dia menyatakan tweet Elon Musk mengenai harga Bitcoin merupakan manipulasi pasar. Atas dasaritu seharusnya diselidiki olej Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat.
Tak tinggal diam, Elon Musk membantahnya. Menurutnya, Tesla telah menjual kepemilikan Bitcoin untuk jadi bukti dapat dilikuidasi dengan mudah.
"Tesla menjual sekitar 10% dari kepemilikan bitcoinnya, untuk mengonfirmasi BTC dapat dilikuidasi dengan mudah tanpa memindahkan pasar," ungkapnya.
Selama kuartal pertama Tesla telah menjual aset digital itu senilai US$72 juta atau berkisar Rp3,8 triliun. Ini dapat membantu mengurangi kerugian operasional sebesar US$101 juta atau Rp1,4 triliun.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Dia Orang Terkaya di Dunia dari Aset Kripto & Bitcoin