
Diretas, Perusahaan AS Ini Bayar Tebusan ke Hacker Rp 156 M

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemasok daging sapi terbesar dunia asal AS, JBS akhirnya menyerah pada peretas (hacker). Perusahaan menyebutkan membayar tebusan ransomware sekitar US$11 juta atau Rp156,5 miliar.
Jaringan komputer perusahaan JBS berhasil dijebol oleh kelompok peretas bernama REvil. Pernyataan perusahaan menyebutkan memilih tetap membayar agar file tetap aman, meskipun ada indikasi sebagian besar sistemnya beroperasi tanpa bantuan kelompok peretas itu.
"Pada saat pembayaran, sebagian besar fasilitas perusahaan telah beroperasi," kata perusahaan dikutip dari CNBC Internasional, Kamis (10/6/2021).
JBS menambahkan perusahaan membuat keputusan mengurangi masalah tak terduga terkait serangan itu. Serta juga memastikan tidak ada data yang dicuri.
Sebenarnya pemerintah AS tidak merekomendasikan korban ransomware membayar uang tebusan. Walaupun geng ransomware bukanlah entitas yang dikenai sanski dan membayar mereka bukan aktivitas ilegal.
Namun CEO JBS Andre Nogueira membela keputusan perusahaannya membayar tebusan itu. Dia mengatakan keputusan itu sangat sulit dibuat baik bagi perusahaan maupun dirinya sendiri.
"Namun kami merasa keputusan ini harus dibuat untuk mencegah potensi resiko bagi pelanggan," kata Andre Nogueira.
Akibat dari peretasan itu, pabrik daging JBS di AS dan Australia harus ditutup setidaknya satu hari.
Informasi pembayaran itu datang tak lama setelah CEO Colonial Pipeline Joseph Blout datang sebagai saksi di Kongres hari Selasa waktu setempat. Perusahaan itu merupakan pipa bahan bakar utama di AS dan juga baru saja diretas oleh kelompok ransomware berbeda bernama DarkSide.
Menurut Joseph Blout, keputusan membayar tebusan merupakan hal benar yang harus dilakukan untuk negara.
(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article FBI Ungkap Hacker yang Buat Pemasok Daging Terbesar AS Lumpuh