Ini 'Matahari Buatan' China yang Sempat Menyala 101 Detik

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
04 June 2021 07:25
In this photo released by China's official Xinhua news agency, a scientist debugs the Experimental Advanced Superconducting Tokamak (EAST) in the Institute of Plasma Physics of Chinese Academy of Sciences in Hefei, east China, on Thursday September 28, 2006. Scientists on Thursday carried out China's first successful test of an experimental fusion reactor, powered by the process that fuels the sun, a research institute spokeswoman said. China, the United States and other governments are pursuing fusion research in hopes that it could become a clean, potentially limitless energy source. Fusion produces little radioactive waste, unlike fission, which powers conventional nuclear reactors. (AP Photo/Xinhua, Cheng Li)
Foto: AP/CHENG LI

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejak beberapa waktu terakhir, China sedang giat melakukan uji coba untuk 'matahari buatan'. Minggu lalu, berhasil menembus rekor baru yakni 160 juta derajat celcius dalam waktu 20 detik.

Di saat bersamaan, 'matahari buatan' itu juga menghasilkan 120 derajat dalam waktu 101 detik.

Sebelumnya pada 2018, Experimental Advanced Superconducting Tokamak (EAST) melakukan uji coba untuk suhu elektron sebesar 100 juta derajat celcius pada plasma inti. Besaran nya mencapai tujuh kali dari suhu Matahari.

Pada 2019 lalu, EAST sempat melakukan uji coba 100 juta celcius selama 20 detik. Jadi capaian minggu lalu memang cukup menggembirakan.

"Ini adalah capaian besar di bidang fisika dan teknik China. Keberhasilan percobaan meletakkan dasar bagi China untuk membangun stasiun energi fusi nuklir sendiri," kata direkjtor ASIPP, Song Yuntao dikutip Eureka Alert, Jumat (4/6/2021).

Tujuan EAST adalah menghasilkan fusi nuklir seperti yang ada di Matahari. Menggunakan deuterium yang ada di laut bisa menyediakan aliran energi bersih stabil. Deuterium pada satu liter air laut dengan lewat reaksi fusi dapat menghasilkan jumlah energi yang sama seperti 300 liter bensin.

Untuk mengoperasikan fasilitas tersebut bekerja sekitar 300 ilmuwan serta insinyur. Di sana terdapat sistem vakum, sistem gelombang RF, sistem hamburan laser, dan sistem microwave.

Mengapa memilih energi fusi? Sebab matahari buatan ini jumlahnya tidak terbatas. Serta bisa membantu China untuk netralitas karbon.

Sementara energi lain yakni bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak, dan gas alam saat ini terancam habis. Selain itu bahan-bahan tersebut juga mengancam lingkungan Bumi.


(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rekor! 'Matahari Buatan' China Capai 120 Juta Derajat Celcius

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular