Rekor! 'Matahari Buatan' China Capai 120 Juta Derajat Celcius

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
30 May 2021 12:39
People walk on a dune, a day before a total eclipse in Nahuelpan, La Araucania, Chile,Sunday, Dec. 13, 2020. The total eclipse will be visible from Chile and the northern Patagonia region of Argentina, and as a partial solar eclipse in Bolivia, Brazil, Ecuador, Paraguay, Peru and Uruguay. (AP Photo/Esteban Felix)
Foto: Ilustrasi/AP/Esteban Felix

Jakarta, CNBC Indonesia - China baru saja mengumumkan capaian baru dengan matahari buatannya. Tercatat matahari itu mencapai 120 juta derajat celcius dalam 101 detik dan sempat berada di 160 juta derajatĀ celcius selama 20 detik.

Hasil tersebut memecahkan rekor sebelumnya yakni mempertahankan suhu plasma sebesar 100 juta celcius dalam 100 detik.

Capaian itu jadi langkah besar untuk menuju uji coba reaktor fusi. Menurut Direktur Departemen Fisika Southern University of Science and Technology di Shenzhen, Li Miao mengatakan hasil ini untuk mencapai tujuan menjaga suhu pada tingkat stabil dalam waktu lama.

"Terobosan merupakan kemajuan signifikan dan tujuan akhir harus menjadi suhu pada level yang sabil untuk waktu lama," kata Li Miao, dikutip dari Global Times, Minggu (30/5/2021).

Hasil suhu plasma di atas 100 juta celcius jadi salah satu tantangan utama memanfaatkan fusi nuklir. Suhu di inti matahari diyakini sekitar 15 juta celcius, atau plasma di inti perangkat jadi tujuh kali lebih panas dari matahari.

Experimental Advanced Superconducting Tokamak (EAST) berada di Hefei Institute of Physical Science of Chinese Academy of Science.

Matahari buatan itu dibuat untuk mereplikasi proses fusi nuklir yang terjadi alami pada matahari dan bintang lainnya. Ini dilakukan untuk menyediakan energi bersih tak terbatas lewat fusi nuklir yang terkontrol.

Direktur Pusat Penelitian Ekonomi Energi di Universitas Xiamen, Lin Boqiang mengatakan jika teknologi bisa diterapkan secara komersial maka akan memiliki manfaat ekonomi sangat besar.

Namun teknologi ini masih dalam tahap eksperimental. Jadi menurut Lin Boqiang kemungkinan butuh 30 tahun saat teknologi bisa digunakan secara luas.

"Ini lebih seperti teknologi masa depan yang kritis untuk mendorongĀ pembangunan hijau di China," kata dia.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mengenal 'Matahari Buatan' China yang Hebohkan Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular