
Bitcoin Disamakan dengan Emas Digital, Apa Pantas?

Volatilitas tinggi bitcoin menjadikannya kurang bisa diandalkan sebagai store of value. Di awal pekan ini, bitcoin menyentuh level US$ 47.000/BTC, jika dibandingkan dengan rekor tertinggi pada US$ 64.899,97/BTC pada 14 April lalu, artinya bitcoin ambrol lebih dari 26% hanya dalam tempo kurang dari 2 pekan.
Bahkan, 4 hari setelah mencatat rekor tersebut bitcoin sudah merosot lebih dari 20%. Kemudian pada tahun lalu, tepatnya 12 Maret 2020, harga bitcoin ambrol lebih dari 26% dalam sehari.
Sebelum tahun ini, bitcoin pernah mencatat rekor tertinggi sepanjang masa US$ 19.458,19/BTC pada Desember 2017. Tetapi malah ambrol nyaris 80% setahun berselang.
Selain itu yang paling penting adalah bitcoin tidak memiliki nilai intrinsik yang sudah jelas dimiliki oleh emas. Vries mengatakan, 70% emas yang ditambang per tahunnya digunakan sebagai perhiasan, dan 5% digunakan untuk kebutuhan elektronik. Jadi permintaannya akan selalu ada setiap tahunnya.
Selain itu, bitcoin merupakan aset tak berwujud (intangible). Vries mengatakan tidak ada yang tahu seberapa nilainya karena tidak tidak digunakan dalam menghasilkan profit. Dengan kata lain, bitcoin tidak memiliki fundamental.
Vries mencontohkan sebuah perusahaan Tesla milik Elon Musk, salah satu pendukung bitcoin, harga sahamnya bisa diperkirakan melalui seberapa besar profit yang dihasilkan, seberapa besar pangsa pasarnya, dan lain-lain. Sementara bitcoin, tidak ada yang bisa digunakan untuk mengukurnya.
"Tidak ada cash flow atau nilai intrinsik pada bitcoin, jadi secara teknis nilainya adalah nol," kata Vries.
"Tidak mengherankan jika para pecinta bitcoin menyerukan untuk tidak menjual bitcoinnya (Hodl), yakni 'Hold on for dear life' (pertahankan seumur hidup)".
Menurut Vries, ketika orang membeli bitcoin maka orang tersebut harus percaya di masa depan akan ada yang membeli dengan harga yang lebih mahal. Ia menyebut itu sebagai klise di dunia bisnis yang menyatakan harapan bukanlah strategi, dan percaya bukan strategi yang layak.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/roy)[Gambas:Video CNBC]