
Bisnis Kartu Kredit Tiarap Dihantam Shopee Paylater Cs?

Jakarta, CNBC Indonesia - Bisnis Kartu kredit di Indonesia mengalami penurunan. Terdapat sejumlah alasan dibalik itu semua, termasuk karena fitur Paylater yang disediakan perusahaan financial technology.
Beberapa layanan 'bayar nanti' yakni Shopee Paylater untuk Shopee, Kredivo, dan Akulaku. Selain itu juga terdapat di Gopay Paylater, Ovo dan Traveloka Paylater.
Asosiasi Kartu Kredit Indonesia atau AKKI melaporkan bisnis Kartu kredit dalam satu tahun terakhir di Indonesia menurun sekitar 20% jika dibandingkan kondisi normal.
"Sales volume industri kartu kredit mengalami kontraksi sebesar kira kira 20% dari situasi normal," kata Direktur Eksekutif AKKI Steve Marta, kepada CNBC Indonesia, dikutip Sabtu (24/4/2021).
Penyebab utamanya aktivitas masyarakat yang terbatas akibat pandemi Covid-19. Ini menjadi pengganggu sebba fokus kartu kredit merupakan alat pembayaran travel dan hiburan untuk dalam dan luar negeri.
Paylater juga jadi penyebab lainnya. Walaupun tidak berdampak besar karena target pasar berbeda, namun ada irisan dalam dua kedua bisnis itu, ungkap Steve.
"Tetapi hal ini bukan karena adanya metode transaksi lain seperti paylater ataupun fintech lainnya. Pay later ataupun fintech lainnya tentunya memiliki segment market tersendiri. Memang ada sedikit irisan tetapi tidak banyak karena memang sedikit berbeda pasarnya," kata Steve.
Dalam riset oleh Research Institute of Socio-Economic Development atau RISED, alasan masyarakat menggunakan fasilitas 'bayar nanti' karena aman dan mudah untuk pembiayaan aktivitas sehari-hari.
Survey menyebutkan 94% percaya jaminan perlindungan konsumen dan keamanan siber yang disediakan apabila penyedia layanan telah terdaftar atau mendapatkan izin OJK.
Keunggulan lainnya adalah proses pengajuan yang cepat. Pengguna hanya diminta dokumen identitas seperti KTP dan nominal pengajuan yang jumlahnya lebih rendah dibanding kartu kredit.
Selain itu 95% masyarakat dikatakan sudah punya tingkat pemahaman cukup tinggi soal aturan dan keuntungan penggunaan layanan.
Selama pandemi, terdapat perubahan penggunaan paylater dibandingkan sebelumnya. Ada kenaikan dua kali lipat saat pandemi untuk jumlah produk kesehatan yang dibeli dengan layanan tersebut.
Ada juga peningkatan intensitas layanan ini selama pandemi, yakni 22,52% untuk pengguna tergolong sangat sering dan 7,2% untuk pengguna sering menggunakan paylater.
"Riset kami menunjukkan kehadiran layanan paylater harus dipandang sebagai solusi alternatif pengelolaan keuangan, bukan hanya soal instrumen pembayaran. Kehadiran layanan 'bayar nanti' telah terbukti membantu konsumen mengatur arus kas dengan lebih baik terutama di masa pandemi yang penuh ketidakpastian sehingga konsumen bisa lebih leluasa mengatur budgeting dan merencanakan keuangan jangka panjang termasuk menabung," jelas kata periset RISED Rumayya Batubara, dalam risetnya.
(dob/dob)
Next Article Waspada! Modus Busuk Kasir: Gesek Dua Kali Kartu Debit/Kredit